"Luar biasa sekali penampilan anak itu." Decak kagum diberikan penonton.Â
"Suara lantangnya disesuaikan dengan suruhan yang ada dalam teks. Penjiwaan cerita benar-benar hidup." Kembali pujian disampaikan oleh penonton. Aku hanya fokus pada peran yang dimainkan oleh anak didikku seraya hati kecilku berucap, "Tak ada usaha yang sia-sia jika ditemani kesungguh-sungguhan."Â
"Secerca harap itu pasti terwujud karena dukungan saudara sekalian. Terima kasih." kata-kata penutup yang disampaikan anakku. Semua dewan juri berdiri memberikan apresiasi dan tepuk yang meriah. Sambutan hangat ini menyiratkan sesuatu yang berbeda.Â
Malam sudah hampir berlalu dan keesokannya adalah hari yang paling ditakuti sekalian menegangkan. Tiba di pengumuman monolog, juara 3 dengan nomor lomba 036, juara 2 dengan nomor lomba 023 dan juara satu mewakili SMA tingkat provinsi jatuh pada nomor peserta 06 SMAN 1 Amfoang Barat Laut."Â
"Aduh beta mati su" Kupeluk anak muridku yang dinyatakan sebagai pemenang juga sebagai perwakilan SMA tingkat provinsi NTT. "Selamat Anakku, perjuangan kita selama latihan tidak sia-sia. Aral rintang yang mencoba menghalangi perjalanan kita ke tempat ini tidak sia-sia. Cocok untuk di Kenang Sayang." Motivasiku menghentarkan dia kepanggung untuk menerima hadiah dari panitia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H