Mohon tunggu...
Walkhot Silalahi
Walkhot Silalahi Mohon Tunggu... Guru - Mencerdaskan generasi penerus bangsa

Menuangkan ide dalam bentuk cerpen juga dalam artikel dalam hal pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Aku Guru Penggerak Angkatan 9?

23 April 2024   21:57 Diperbarui: 23 April 2024   22:02 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Undangan 18 Agustus 2023 adalah awal pertama mengikuti kegitan pendidikan guru penggerak. Sebagai guru yang mengajar di tahun 2008 berpikir bahwa saya memiliki pengalaman yang cukup, dari segi pedagogik maupun kemampuan berinteraksi dengan anak didik itu sudah cukup. Namun disaat mengikuti kegiatan calon guru penggerak ini, saya dituntun lebih dalam memaknai peran sebagai hamba yang berpihak pada murid. Hamba yang mengabdi disertai ketulusan, kesabaran menuntun murid berdasarkan kodrat alamnya sesuai dengan tuntutan kodrat zamannya. Sebagai calon guru penggerak dihadapkan terlebih dahulu kepada refleksi filosofi pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara (KHD).  Sebagai berikut,

1. Tulisan Reflektif Kritis 

Apa yang ada Anda ketahui tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) mengenai pendidikan dan pengajaran?

 Yang saya pahami tentang pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD) mengenai pendidikan dan pengajaran merupakan satu kesatuan dan saling membutuhkan. Karena Pendidikan dan Pengajaran itu memiliki satu tujuan. Orang tua memberikan mendidik anaknya sejak dari bayi, melatih anaknya untuk berjalan, memberikan pengajaran mulai dari senyum, menyapa, memberi salam, dan sebagainya. Dengan harapan si anak dalam pertumbuhannya bisa menikmati dunianya lewat pengajaran yang diterima dirumah. 

Kenapa memiliki satu kesatuan antara pendidikan dan pengajaran?

     Pengajaran merupakan proses pendidikan dalam menggali ilmu untuk memberi pengaruh kecakapan hidup yang berkelanjutan. Dengan adanya pengajaran, maka pendidikan memberi tuntunan terhadap segala kemampuan yang dimiliki anak. Melalui pengajaran, si anak didik oleh pendidik (orang tua/keluarga) dan dilanjutkan di sekolah untuk menemukan arti kehidupan melalui pendidikan. 

Pendidikan dan pengajaran yang diinginkan oleh KHD adanya keseragaman tanpa membandingkan status sosial. Dengan adanya keseragaman dalam pelayanan maka semua lapisan masyarakat bisa menikmati pendidikan untuk mencapai masa depan yang gemilang.  

Apa relevansi pemikiran KHD dengan konteks pendidikan Indonesia saat ini dan konteks pendidikan di sekolah Anda secara khusus?

Relevansi pemikiran KHD dengan konteks pendidikan Indonesia saat ini dan konteks pendidikan di SMAS Advent Nusra secara khusus melaksanakan pelayanan pendidikan tanpa melihat status sosial keluarga peserta didik. Relevansinya adalah mencerdaskan anak didik, melalui iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui iman dan keyakinan masing-masing siswa tanpa harus memaksakan denominasi tertentu. Relevan meningkatkan status sosial melalui pembelajaran yang berkelanjutan, menghargai perbedaan, menghargai betapa pentingnya ilmu pengetahuan untuk masa depan. 

Apakah Anda merasa sudah melaksanakan pemikiran KHD dan memiliki kemerdekaan dalam menjalankan aktivitas sebagai guru?

Masih jauh dari harapan sesuai dengan pemikiran KHD, karena masih membuat masa tenggang waktu pengumpulan tugas, masih belum memerdekakan siswa.

2. Harapan dan Ekspektasi

Apa saja harapan yang ingin Anda lihat pada diri Anda sebagai seorang pendidik setelah mempelajari modul ini?

Mengubah cara pandang lama ke hal-hal yang baru agar dalam pembelajaran berpusat pada murid.

Apa saja harapan yang ingin Anda lihat pada murid-murid Anda setelah mempelajari modul ini?

Harapan saya Murid-murid lebih nyaman, dalam berinteraksi dengan teman-temannya juga dengan saya selaku gurunya. Masyarakat sekolah melihat dampak dari arti merdeka belajar dimana murid-murid di tuntun secara holistik menuju Indonesia cerdas dan pintar.  

Apa saja kegiatan, materi, manfaat yang Anda harapkan ada dalam modul ini?

Kegiatan pemantik,dimana sebelum melanjutkan ke materi berikutnya harus ada melakukan reflektif kritis terhadap diri sendiri.

Materi dari semua materi memotivasi saya melakukan yang terbaik untuk lebih dalam mengenali potensi diri dan menggali keunikan dari masing-masing peserta didik.

Manfaat yang saya dapatkan adalah melakukan refleksi diri terlebih dahulu sebelum mengkritik orang lain. 

Dari hasil refleksi ini saya berikan kesimpulan  tentang pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD) mengenai pendidikan dan pengajaran merupakan satu kesatuan dan saling membutuhkan. Pendidikan dan pengajaran yang diinginkan oleh KHD adanya keseragaman tanpa membandingkan status sosial.  Relevansi pemikiran KHD dengan konteks pendidikan Indonesia saat ini dan konteks pendidikan di SMAS Advent Nusra secara khusus melaksanakan pelayanan pendidikan tanpa melihat status sosial keluarga peserta didik. Relevansinya adalah mencerdaskan anak didik, melalui iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui iman dan keyakinan masing-masing siswa tanpa harus memaksakan denominasi tertentu. 

Dari hasil refelksi inilah awal mula perubahan yang ada dalam cara mengajar dan bersosial dengan anak didik.

Saya mulai menuntun murid berdasarkan Sosio kultural yang sejalan dengan pemikiran KHD, dalam hal Budi pekerti (Tarian adat, , Oko mama, Natoni, Cium hidung, dan gotong royong). Dari segi kodrat alam murid yaitu menenun dan membuat minyak kelapa murni (CVO). Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat yang dapat mengantarkan peserta didik pada budi pekerti (olah cipta, olah rasa, olah raga) yang luhur dan bijaksana. Pendidikan berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zamannya murid. 

Nilai dan peran saya sebagai guru penggerak

Tugas 1. Refleksi Apa peristiwa positif dan negatif yang saya jelaskan di sana? Jawab : Masa sekolah adalah masa yang selalu menjadi kenangan tersendiri. Kenangan karena melewati masa yang memalukan, menyenangkan, kecewa, dan haru yang luar biasa. Tentu saja hal ini menjadi hal yang penuh makna karena dari keseluruhan kejadian tersebut, saya mengambil makna hidup, untuk selanjutnya dijadikan cerminan dan pelajaran yang sangat berharga bagi kehidupan sekarang dan masa mendatang. Kedewasaan diri bertumbuh seiring berjalannya waktu sehingga saya menjadi lebih bijak dalam berpikir dan bertindak. Peristiwa yang terkenang dalam memori saya sampai sekarang sebagai berikut. 

a. Peristiwa Negatif Pada waktu itu saya berusia 14 tahun duduk di kelas VII, saya malas ke sekolah karena jarak sekolah yang jauh dari rumah. Sebelum berangkat ke sekolah saya dan Kakak wajib mengisi air di bak kamar mandi menggunakan gerobak yang berisi 10 jerigen, per jerigen berisi 40 liter air. Setelah mengisi air baru mandi, dan kemudian jarak dari rumah ke sekolah itu kurang lebih 10 km. Kalau Orang tua kasih ongkos berarti menggunakan angkutan umum ke sekolah, jika tidak berarti lari-lari pagi dari rumah menuju ke sekolah. Setibanya di sekolah lebih sering terlambat karena orang tua cenderung menyuruh saya berangkat ke sekolah tanpa diberi uang. Waktu itu kami yang bersekolah ada lima bersaudara, kakak-kakak SMA, saya SMP, dan dua adik saya SD. Sehingga orang tua lebih sering mengajarkan arti hidup itu dari kesederhanaan hidup. Sekalipun demikian kami berlima tidak pernah menyerah dengan keadaan hidup. Ibu saya selalu mengatakan, "Kalian sekalipun jalan kaki ke sekolah jangan bersungut-sungut karena masa depan kalian sungguh ada." Semangat hidup itu lebih cenderung putus asa karena pergi berjalan kaki di pagi hari itu masih menyehatkan, namun di saat pulang itu sangat menggemaskan dimana harus berpacu dengan teriknya matahari ditambah lagi polusi kendaraan yang dihirup pada saat itu. Sampai di rumah tugas sekolah lupa mengerjakan dan akibatnya disaat Pak Guru meminta lembaran tugas belajar di rumah yang tidak dikerjakan sanksinya adalah berdiri satu kaki sampai mata pelajaran Matematika selesai. Hampir disemua mata pelajaran dapat hukuman karena tidak mengerjakan tugas. Bapak/Ibu guru tidak pernah menanyakan kenapa tidak mengerjakan tugas, sehingga inilah yang membuat saya malas ke sekolah. Memang guru tidak bisa disalahkan, orang tuaku pun tak bisa saya salahkan atas keadaan ekonomi di garis kemiskinan. 

b. Peristiwa positif Masa-masa sulit di SMP dan SMA membuat saya sempat berhenti sekolah. Berhenti sekolah karena saya memilih jadi sopir angkot untuk membantu orang tua saya. Dan setiap kali ada penumpang yang membaca modul kuliah disitulah saya terpukul dan hati kecil bertanya, "Kapan kau bisa seperti dia. Sekalipun usia sudah 24 tahun inilah saat yang tepat dan bernilai positif bagi diri saya disaat melanjutkan kuliah. Disaat teman-teman kelas saya sudah menjadi manusia melalui jati diri yang sudah mereka temukan lewat pekerjaan karena sudah sarjana. Maka saya tertantang untuk mencoba maju dengan bermodalkan keyakinan. Memang untuk maju itu sangat membutuhkan keuletan hidup, kehidupan yang penuh dengan perjuangan. "Nak, jika kamu mau melanjutkan sekolahmu silahkan, tapi hanya doa yang bisa Papa dan Mama bantu. Kalau dari segi uang Papa dan Mama tidak sanggup." Saya peluk ke dua orang tua dan saya katakan "Doa Papa dan Mama membantu dan sangat membantu saya untuk mencapai jati diri manusia yang sesungguhnya." Kemudian kami berdoa. Awalnya jadi memilih kuliah jurusan Filsafat Kristen namun berakhir di FKIP Bahasa Indonesia karena belum mahir menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Puji Tuhan di semester 7 tahun 2007 bulan Oktober saya sudah dipercaya jadi guru SMP dan SMA bulan Januari 2008. Tahun 2009 saya mendapat gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia, 2010-2013 dipercaya jadi dosen di Univ. PGRI Kupang mengabdi sore hari di almamater , dan 2021 dapat menyelesaikan pendidikan Manajemen Pendidikan di UNIKA Widya Mandira Kupang. Tak ada kata menyerah, dan pasrah. Nilai positif yang saya tanamkan pada diri. 

2. Selain saya, siapa lagi yang terlibat di dalam masing-masing peristiwa tersebut? Jawab: Yang terlibat di dalam masing-masing peristiwa tersebut diantaranya peristiwa positif dari orang tua, teman-teman sekelas (siswa lain), dan guru. Peristiwa negatif yang terlibat diantaranya diri sendiri dan guru yang tidak mau tahu dengan latar belakang keluarga. Dampak emosi apa saja yang saya rasakan hingga sekarang? (silakan gunakan roda emosi Plutchik di Gambar 2 untuk mengidentifikasi persisnya perasaan Bapak/Ibu di masa itu) Jawab: a. Dari peristiwa negatif tersebut saya merasa kecewa karena bapak ibu guru selalu memberikan hukuman tanpa menanyakan latar belakang saya. Saya menerima kenyataan itu dan membuat saya termotivasi untuk bisa menemukan jati diri pelajar sesungguhnya dan menjadi lebih baik. b. Dari peristiwa positif tersebut saya merasa sangat senang, bersemangat, dan bangga karena saya mendapat pengalaman belajar yang sangat luar biasa dari seorang guru hebat yaitu orang tua dan guru hebat. Guru hebat karena selalu mengingatkan saya penting belajar dari kehidupan nyata selain dari ilmu pengetahuan yang didapatkan di sekolah. Mengapa momen yang terjadi di masa sekolah masih dapat saya rasakan dan masih dapat mempengaruhi diri saya di masa sekarang? Jawab : Momen yang terjadi di masa sekolah masih dapat saya rasakan dan masih dapat mempengaruhi diri saya di masa sekarang, karena momen ini merupakan momen dimana saya dapat merasakan peran guru yang dapat menjadi penuntun, menjadi motivator, dan menjadi fasilitator dalam membentuk saya menjadi manusia yang berguna. Dimana pada cerita peristiwa negatif (cerita bagian a) bagaimana guru selalu memberikan sanksi berupa hukuman setiap kali saya tidak mengerjakan tugas. Momen ini memacu saya untuk selalu melihat realita hidup dari kesederhanaan. Demikian juga teman-teman hanya bisa berdiam diri tak ada yang berani menambah masalah di masa sekolah. Orang tua yang selalu memberikan motivasi hidup sekalipun dalam keterpurukan ekonomi. Pada cerita Dari peristiwa positif tersebut saya merasa sangat senang, bersemangat, dan bangga karena saya mendapat pengalaman belajar yang sangat luar biasa dari seorang guru hebat yaitu orang tua dan guru hebat. Guru hebat karena selalu mengingatkan saya penting belajar dari kehidupan nyata selain dari ilmu pengetahuan yang didapatkan di sekolah. Walau lambat mendapat gelar tapi tidak ada kata terlambat bagi yang mau berusaha dan selalu belajar dari pengalaman hidup. Karena pengalaman hidup itulah guru yang terbaik. Pelajaran hidup apa yang saya peroleh dari kegiatan trapesium usia dan roda emosi, terkait peran saya sebagai guru terhadap peserta didik saya? Jawab: Pelajaran hidup yang saya peroleh dari kegiatan trapesium usia dan roda emosi, terkait peran saya sebagai guru adalah saya mengetahui bahwa peran guru adalah menuntun dan memotivasi anak dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa. Ini dilihat dari yang digambarkan dalam trapesium usia. Grafiknya naik, itu artinya anak dibekali dengan berbagai bekal kemampuan, keterampilan, ilmu, dan karakter sehingga dapat dijadikan bekal bagi mereka ketika sudah bekerja. Selain itu guru juga berperan sebagai sahabat, motivator, fasilitator, serta sebagai penuntun yang baik bagi siswa. Selain memberikan pengetahuan, sikap sosial, religius dan keterampilan juga sangat ditekankan dalam pembelajaran sehingga anak tidak hanya pintar secara kognitif, akan tetapi juga memiliki kecerdasan emosional, spiritual, dan memiliki keterampilan hidup. Kalau memperhatikan roda emosional, dalam menjalankan peran sebagai pendidik dan pengajar guru harus bisa selalu menjaga emosional anak, baik pada saat penyampaian materi atau memberikan pesan bahwa kita tidak hanya mampu mendalami ilmu pengetahuan tapi disaat bersamaan harus mampu melihat keadaan ekonomi orang tua. Bagaimana saya menuliskan nilai-nilai yang saya yakini sebagai seorang Guru, dalam 1 atau 2 kalimat menggunakan kata-kata: "guru", "murid", "belajar", "makna", "peran"? 

Jawab: a. Kalimat 1 Peran guru menuntun keberhasilan murid dalam pembentukan karakter untuk menjadi murid yang rajin belajar dan dirasakan sebagai proses yang menyenangkan sehingga makna pendidikan yang sesungguhnya dapat dirasakan. 

b. Kalimat 2 Guru dan murid adalah aktor penting dalam laju pendidikan, peran guru membentuk karakter murid sehingga makna belajar bukan hanya menerima hasil akan tetapi menikmati setiap prosesnya dalam kehidupan, sehingga pembelajaran yang bermakna bisa terwujud dan murid sebagai orientasinya memiliki keterampilan hidup. Tugas 2. Nilai dan peran guru penggerak menurut saya Apa nilai-nilai dalam diri saya yang membantu saya menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya? Jawab : Nilai-nilai dalam diri saya yang membantu menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah adalah disiplin, saling menghargai, jujur, bertanggungjawab, mandiri, kolaboratif, inovatif, dan reflektif Apa peran yang selama ini saya mainkan dalam menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya? Jawab: Peran yang selama ini saya mainkan dalam menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya adalah "belajar untuk bergerak bersama-sama menuju perubahan yang lebih kreatif". Maksudnya saya menyadari bahwa kemajuan suatu sekolah tidak terlepas dari kemauan pada masyarakat (guru, tenaga administrasi, dan siswa) sekolah untuk mau bergerak ke arah yang lebih baik. Saya harus mampu menjadi sahabat semua masyarakat sekolah, menjadi orang yang bisa merangkul dan mengarahkan rekan-rekan guru dan komunitas sekolah agar mau belajar bersama-sama. Saya ingin memaksimalkan pengalaman yang saya peroleh agar menjadi motivator bagi rekan-rekan guru untuk bisa menjadi lebih baik, demikian juga dengan siswa saya harus menjadi penuntun yang memberi panutan, motivasi dan mendorong siswa menemukan jati dirinya. 

Tugas: Membuat gambaran diri sebagai Guru Penggerak di masa depan Pada saat itu, tentunya Bapak/Ibu sudah memiliki kepercayaan diri dan telah membawakan kegiatan-kegiatan yang mewujudkan nilai dan peran sebagai Guru Penggerak. Buatlah kisah narasi tertulis/presentasi PowerPoint/poster/peta pikiran/video/audio sederhana yang dapat menggambarkan kira-kira apa saja aktivitas Bapak/Ibu sebagai Guru Penggerak baik dalam keseharian, atau yang terprogram rutin berkesinambungan, maupun yang sifatnya ad-hoc (khusus). Buatlah sedemikian rupa sehingga dapat menggambarkan nilai-nilai Guru Penggerak (berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif) yang Bapak/Ibu telah dihidupi selama 3 tahun tersebut. 1. Merancang Kegiatan Pembelajaran yang Berpihak pada Murid - Guru sebagai fasilitator - Murid bahagia dan selamat berbahagia - Murid memiliki jiwa nasionalis mengenai nilai-nilai jati dirinya sesuai dengan nilai kodrat alam (nilai-nilai budaya) - Murid kreatif dan kritis - Membangun jiwa yang suka membantu, gemar bergotong royong dan menghargai perbedaan latar belakang sosial, menghargai perbedaan agama yang dianut murid dan - Menemukan potensi diri sesuai bakat murid sesuai dengan kodrat zaman 2. Merancang strategi pembelajaran yang berpihak pada murid (Mandiri) 3. Merefleksikan setiap pembelajaran yang baru saja berlangsung dengan cara, - Membuat asesmen diagnostik diri berdasarkan penilaian siswa - Saat memeriksa hasil pencapaian tugas kelompok - Meminta masukan dari kepala sekolah, teman sejawat, pemerhati sekolah, dan orang tua siswa dalam hal membangun strategi pembelajaran yang berpihak pada siswa, dan - Menampilkan/memajang hasil refleksi melalui blog/google site 4. Kolaboratif, berdiskusi dengan siswa mengenai model belajar yang mereka inginkan (perwakilan masing-masing kelas), membuka diri berkomunikasi dengan teman sejawat, dan dengan kepala sekolah mengenai kemajuan sekolah dalam menggerakkan layanan pendidikan yang berpusat pada murid. 5. Inovatif, siswa diharapkan mampu tampil percaya diri saat mempresentasikan hasil kerja kelompok/individu dalam bentuk video, ppt, karya tulis yang dipublikasikan melalui blog, video canva dan video presentasi canva. 

"Aku hanya orang biasa yang bekerja untuk bangsa Indonesia dengan cara Indonesia" Ki Hajar Dewantara

Visi yang saya bangun untuk SMAS Advent Nusra adalah "Menuntun murid melalui interaksi belajar, berkarakter, berdisiplin, berbudaya seperti Yesus Kristus sesuai dengan profil pelajar pancasila. 

Pernyataan prakarsa perubahan, "Mewujudkan Murid yang gemar melayani, displin, patuh, dan taat pada prinsip kasih Yesus.

Saya selaku guru penggerak harus mampu (Memimpin pembelajaran, mengembangkan diri, teman sejawat dan murid, memimpin manajemen sekolah, dan mampu memimpin pengembangan sekolah).  

Saya memimpin murid-murid yang aktif, kreatif, inovatif, dan berpikir kritis untuk menemukan jati dirinya.

Saya percaya  bahwa murid adalah murid yang gemar melayani.  Di sekolah, saya mengumatakan ketaatan, disiplin, dan berinteraksi dalam menggali ilmu untuk menabur benih pengetahuan terhadap murid.

Murid sadar betul bahwa mereka berpikir kritis mencapai tujuan hidup di era globalisasi dan memiliki potensi diri mengembangkan budaya dan nilai-nilai kehidupan sehari-hari. 

Saya selaku guru penggerak, teman sejawat, dan kepala sekolah di SMAS Advent Nusra yakin untuk berbagi pengalaman dalam menuntun murid menemukan kodrat alamnya sesuai dengan kodrat zaman. 

Sebagai guru penggerak harus mampu mengembangkan budaya positif di sekolah.

Belajar bagaimana menerapkan disiplin ositif dan nilai-nilai kebajikan universal, memahami teori motivasi, hukuman, dan penghargaan, dan restitusi. Membangun keyakinan kelas, kebutuhan dasar manusia dan dunia berkualitas, resititusi (lima posisi kontrol dan restitusi segita restitusi).  https://bahasaindonesiaadventnusra.blogspot.com/2023/10/demontrasi-kontekstual-modul-14-budaya.html . 

Modul 2 Praktik Pembelajaran yang Berpihak pada Murid 

"Hanya ada satu bukti dari kemampuan --- tindakan." (Marie Ebner-Eschenbach)

https://bahasaindonesiaadventnusra.blogspot.com/2023/11/aksi-nyata-modul-2-1-pembelajaran.html 

Peran Kepemimpinan Sekolah dalam Keberhasilan Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi. Meskipun Pembelajaran berdiferensiasi memang bukanlah sebuah gagasan yang baru, namun untuk banyak guru-guru, terutama yang terbiasa dengan pedagogi tradisional, implementasi pembelajaran berdiferensiasi ini mungkin pada awalnya akan tidak mudah, karena diperlukan perubahan paradigma dalam melihat proses pembelajaran. Bahkan untuk para guru yang sudah memiliki cara berpikir yang terbuka pun dan yakin dengan manfaat dari pembelajaran berdiferensiasi ini, mereka masih tetap perlu didukung dalam praktek penerapannya. Oleh karena itu, peran kepemimpinan sekolah menjadi sangat penting. Kepala sekolah dan para guru diharapkan dapat memiliki pandangan dan tindakan yang selaras dan memiliki visi yang sama terkait dengan implementasi pembelajaran berdiferensiasi ini. Beberapa hal berikut ini mungkin dapat dipertimbangkan untuk menyelaraskan visi dan mendukung implementasi pembelajaran berdiferensiasi di sekolah. 1. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, kepala sekolah diharapkan tidak hanya dapat meningkatkan pemahamannya tentang konsep pembelajaran berdiferensiasi dan teori-teori yang mendasarinya, namun juga memimpin guruguru di sekolahnya dalam sebuah proses belajar yang berkelanjutan dengan terus merefleksikan praktek-praktek pembelajaran yang terjadi di sekolah serta mengambil pelajaran dari pengalaman tersebut. Kepala sekolah juga diharapkan memodelkan keyakinannya tentang pembelajaran yang berpusat pada murid lewat tindakan-tindakan dan pendekatan-pendekatan yang ia gunakan dalam merespon berbagai situasi di sekolahnya, termasuk dalam proses pengelolaan sekolah. 2. Kepala sekolah dapat terus meningkatkan kapasitas guru-gurunya dalam mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi dalam rangka menguatkan pengetahuan dan keterampilan mereka. Ini dapat dilakukan dengan mendukung dan mendorong guru untuk belajar, memberikan akses ke peluang pengembangan profesional, serta menyediakan berbagai akses ke sumber-sumber belajar bagi guru, seperti buku-buku, serta membangun kemitraan untuk memberikan guruguru akses ke contoh-contoh praktik baik, dsb. Kepala sekolah dapat membangun sistem yang membantu guru-guru untuk dapat menerapkan prinsip dan praktik yang mereka pelajari, misalnya dengan mengatur jadwal yang memungkinkan adanya dukungan bagi pelaksanaan perencanaan kolaboratif, meninjau ulang proses dan mekanisme pelaksanaan proses penilaian kinerja dan supervisi pembelajaran, agar selaras dengan nilai-nilai dan praktek-praktek pembelajaran berdiferensiasi yang baik. 

7 Alasan Mengapa Pembelajaran Berdiferensiasi Dapat Berhasil (Ini adalah terjemahan bebas dari artikel yang dipublikasikan melalui website https://inservice.ascd.org/7-reasons-why-differentiated-instruction-works/) Berbicara tentang Pembelajaran Berdiferensiasi (Differentiated Instruction/ DI) harus dimulai dengan pemahaman yang akurat tentang apa itu DI --- dan apa itu yang bukan DI. Anda mungkin terkejut mengetahui betapa mudahnya Pembelajaran Berdiferensiasi dilakukan di kelas Anda. 1. Pembelajaran Berdiferensiasi adalah bersifat proaktif. Dalam kelas, guru perlu selalu berasumsi bahwa murid yang berbeda memiliki kebutuhan yang berbeda dan secara proaktif merencanakan pembelajaran yang menyediakan berbagai cara untuk mengekspresikan dan mencapai tujuan pembelajaran. Guru mungkin masih perlu menyempurnakan pembelajaran untuk beberapa murid mereka, tetapi karena guru tahu beragam kebutuhan muridnya di dalam kelas dan memilih opsi pembelajaran yang sesuai, maka kemungkinan besar pengalaman belajar yang mereka rancang akan cocok untuk sebagian besar murid. 2. Pembelajaran Berdiferensiasi lebih bersifat kualitatif daripada kuantitatif. Banyak guru secara salah berasumsi bahwa mendiferensiasi pembelajaran berarti memberi beberapa murid lebih banyak pekerjaan untuk dilakukan, dan yang lainnya lebih sedikit. Misalnya, seorang guru memberikan murid, yang memiliki kemampuan membaca yang lebih tinggi, tugas untuk membuat dua buah laporan buku, sementara murid yang kemampuannya lebih rendah hanya satu laporan saja. Atau seorang murid yang kesulitan dalam pelajaran matematika hanya diharuskan menyelesaikan tugas hitungan atau operasi bilangan, sementara murid yang lebih tinggi kemampuan diminta menyelesaikan tugas hitungan dan ditambah dengan soal-soal cerita. Meskipun pendekatan diferensiasi seperti itu mungkin tampak masuk akal, namun yang seperti itu biasanya tidak efektif. Membuat laporan tentang satu buku bisa saja tetap akan dirasa sebagai tuntutan yang tinggi untuk murid yang memang kesulitan. Seorang murid yang telah menunjukkan penguasaan satu keterampilan matematika tentunya akan siap untuk mulai bekerja dengan keterampilan yang lebih sulit. Menyesuaikan jumlah tugas biasanya akan kurang efektif daripada mengubah sifat tugas. 3. Pembelajaran Berdiferensiasi berakar pada penilaian. Guru yang memahami bahwa pendekatan belajar mengajar harus sesuai dengan kebutuhan murid, akan mencari setiap kesempatan untuk mengenal murid mereka dengan lebih baik. Mereka melihat percakapan individu, diskusi kelas, pekerjaan murid, observasi, dan proses asesmen lainnya sebagai cara untuk terus mendapatkan wawasan tentang apa yang paling berhasil untuk setiap muridnya. Apa yang mereka pelajari akan menjadi katalis untuk menyusun dan merancang pembelajaran dengan cara-cara yang membantu setiap murid memaksimalkan potensi dan bakatnya. Di dalam pembelajaran berdiferensiasi, penilaian tidak lagi hanya dilakukan sebagai sesuatu yang terjadi pada akhir unit untuk menentukan "siapa yang telah mendapatkannya atau siapa yang sudah menguasai". Penilaian diagnostik dilakukan saat unit dimulai. Di sepanjang unit pembelajaran, guru menilai tingkat kesiapan, minat, dan pendekatan belajar yang digunakan murid dan kemudian merancang pengalaman belajar berdasarkan pemahaman terbaru dan terbaik tentang kebutuhan murid. Produk akhir, atau cara lain dari penilaian "akhir" atau sumatif, dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, dengan tujuan untuk menemukan cara terbaik bagi setiap murid untuk menunjukkan hasil belajarnya. 4. Pembelajaran Berdiferensiasi menggunakan beberapa pendekatan terhadap konten, proses, dan produk. Di semua ruang kelas, guru berurusan dengan setidaknya tiga elemen kurikuler: (1) konten --- masukan, apa yang dipelajari murid; (2) proses --- bagaimana murid berupaya memahami ide dan informasi; dan (3) produk --- keluaran, atau bagaimana murid menunjukkan apa yang telah mereka pelajari. Dengan membedakan ketiga elemen ini, guru menawarkan pendekatan berbeda terhadap apa yang dipelajari murid, bagaimana mereka mempelajarinya, dan bagaimana mereka menunjukkan apa yang telah mereka pelajari. Kesamaan dari pendekatan yang berbeda ini adalah bahwa semuanya dibuat untuk mendorong pertumbuhan semua murid dalam usaha mereka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan untuk memajukan atau meningkatkan proses pembelajaran baik untuk kelas secara keseluruhan maupun untuk murid secara individu. 5. Pembelajaran berdiferensiasi berpusat pada murid. Pembelajaran berdiferensiasi beroperasi pada premis bahwa pengalaman belajar paling efektif adalah ketika pembelajaran tersebut berhasil mengundang murid untuk terlibat, relevan, dan menarik bagi murid. Akibat dari premis itu adalah bahwa semua murid tidak akan selalu menemukan jalan yang sama untuk belajar yang dengan cara yang sama mengundangnya, sama relevannya, dan sama menariknya. Lebih lanjut, pembelajaran berdiferensiasi mengakui bahwa pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang akan datang harus dibangun di atas pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman sebelumnya --- dan bahwa tidak semua murid memiliki fondasi belajar yang sama pada awal proses pembelajaran. Para guru yang membedakan pengajaran di kelas-kelas yang memiliki keragaman akademis berusaha untuk memberikan pengalaman belajar yang secara tepat menantang untuk semua murid mereka. Guru-guru ini menyadari bahwa kadang-kadang tugas yang tidak menantang bagi beberapa peserta didik bisa jadi sangat rumit bagi yang lain. 6. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan perpaduan dari pembelajaran 

seluruh kelas, kelompok dan individual. Ada waktu ketika pembelajaran seluruh kelas adalah pilihan yang efektif dan efisien. Ini berguna untuk misalnya, membangun pemahaman bersama, dan memberikan kesempatan untuk diskusi dan melakukan ulasan bersama yang dapat membangun rasa kebersamaan. Pembelajaran berdiferensiasi ditandai oleh irama berulang dari melakukan persiapan kelas, mengulas kembali, dan berbagi, yang kemudian diikuti oleh kesempatan untuk eksplorasi, ekstensi (pendalaman materi), dan produksi (menghasilkan pekerjaan) individu atau kelompok kecil. 7. Pembelajaran berdiferensiasi bersifat "organik" dan dinamis. Di setiap ruang kelas yang berbeda-beda, mengajar adalah sebuah evolusi. Murid dan guru sama-sama menjadi pembelajar. Guru mungkin tahu lebih banyak tentang materi pelajaran, namun mereka juga terus belajar tentang bagaimana murid mereka belajar. Kolaborasi yang berkelanjutan dengan murid diperlukan untuk memperbaiki peluang belajar agar efektif untuk setiap murid. Guru memantau kecocokan antara kebutuhan murid dan proses pembelajaran mereka serta membuat penyesuaian sebagaimana diperlukan. Diadaptasi dari How to Differentiate Instruction in Academically Diverse Classrooms, 3rd Edition, oleh Carol Ann Tomlinson, Alexandria, VA: ASCD. 2017 oleh ASCD. Hak cipta terdaftar. 

Pembelajaran Sosial dan Emosional

Selama menjadi pendidik, Anda tentu pernah mengalami sebuah peristiwa yang dirasakan sebagai sebuah kesulitan, kekecewaaan, kemunduran, atau kemalangan, yang akhirnya membantu Anda bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. 

  1. Apa kejadiannya, kapan, di mana, siapa yang terlibat, apa yang membuat Anda memilih merefleksikan peristiwa tersebut, dan bagaimana kejadiannya?

Disaat mempersiapkan pelayanan kunjungan ke luar daerah. Bulan Desember 2019 anak-anak sudah mantapkan pelayanan namun akhirnya pihak sekolah membatalkan pelayanan. Yang terlibat senior SMA kelas 12 dan dua orang guru. Peristiwa tersebut sangat berguna sebagai bahan refleksi karena kesedihan yang mendalam terlihat jelas dari mimik wajah murid. Sebagai bahan refleksinya adalah apa yang diputuskan perlu dipertimbangkan baik buruknya juga dampaknya kepada murid. Untuk mengatasi masalah tersebut saya panggil semua murid senior dan kami sepakat untuk membuat grup fb dengan nama grup "Kabar Baik dari SLA Nusra". Kecewa itu diganti dengan senyuman yang tulus dalam pelayanan melalui media facebook. 

  1. Bagaimana Anda menghadapi krisis tersebut (coping)? Bagaimana  Anda dapat bangkit kembali (recovery) dan bertumbuh (growth) dari krisis  tersebut?

Sebagai guru harus mampu mengendalikan emosi, melalui KSE diri saya mencoba tenangkan pikiran dan sesuatu yang berharga keluar dari masalah itu yaitu tersenyumlah disaat orang menertawai kekuranganmu, bersabarlah ketika orang menekanmu. Hal yang terpenting dalam pelayanan sebagai guru harus mampu digugu dan ditiru dalam hal berbuat baik dan mampu menjalin relasi kepada semua orang tanpa membedakan status, 

  1. Gambarkan diri Anda setelah melewati krisis tersebut.

Hal yang terpenting yang dapat dipelajari dari krisis terbut adalah membuka komunikasi dengan pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah dan pastikan dalam komunikasi itu bukan untuk kepentingan pribadi namun kepentingan orang banyak untuk membiasakan murid terlibat aktif dalam pelayanan. Tidak cukup hanya murid pintar namun kurang dalam berelasi dan membuka diri dengan semua orang. 

Dampak pengelolaan krisis tersebut terhadap diri dalam menjalankan peran sebagai pendidik adalah kuasa diri dan harus mampu mengontrol diri dan mengambil keputusan yang bertanggung jawab. 

Sebagai pendidik, Anda tentu pernah bertemu murid yang memiliki pemahaman diri, ketangguhan, atau kemampuan membangun hubungan yang positif dengan orang lain. Setujukah Anda bahwa faktor-faktor tersebut membantu ia menjalani proses pembelajaran dengan lebih optimal di sekolah? Jelaskan jawaban Anda dengan bukti atau contoh yang mendukung. 

Pendidik menjalin komunikasi aktif dengan semua murid. Terkadang ada murid memiliki pemahaman diri, tangguh dan mampu membangun hubungan yang positif dengan orang lain. Kemampuan menjalin komunikasi ini perlu dituntun supaya murid itu bertumbuh dengan kesadaran diri yang rendah hati. Kemampuan diri murid karena ada faktor pendukung dari KSE yang dimilikinya namun sekalipun murid itu mampu memiliki KSE tetap fungsi kontrol dari pendidik harus ada di dalamnya. 

Dari kedua refleksi di atas, apa yang dapat Bapak/Ibu simpulkan tentang hubungan antara kompetensi sosial dan emosional dengan keberhasilan dalam pengelolaan krisis Anda dan pembelajaran murid Anda?

Dari kedua refleksi di atas saya simpulkan keterkaitan KSE dengan keberhasilan dalam pengelolaan krisis memiliki relasi yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya.

 

Harapan dan Ekspektasi 

Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan sebelumnya, apa yang Anda harapkan untuk pembelajaran selanjutnya ?

Silahkan kemukakan  Harapan bagi diri sendiri ?

Mampu mengendalikan diri, menjalin relasi dengan semua orang dan mampu mengatur diri dan menjadi panutan bagi semua orang. Hal inilah yang saya harapkan sekarang ini, yaitu menjadi sahabat semua orang. 

Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan sebelumnya, apa yang Anda harapkan untuk pembelajaran selanjutnya ?

Silahkan kemukakan  Harapan bagi murid-murid Anda ?

Murid-murid bertumbuh sesuai dengan kesadaran diri yang penuh, bertumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan dapat mengambil keputusan yang tidak merugikan orang lain maupun dirinya. Murid yang mampu mengatur waktu belajar dan bermain terlebih lagi mampu bertumbuh menjadi pribadi yang disukai semua orang karena rendah hati. 

Coaching Untuk Supervisi Akademik

https://drive.google.com/file/d/103_XRvwEnQPGPQPpDk_P0vF0uvlXjEWz/view?usp=sharing

Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

https://www.youtube.com/watch?v=3vzHHdiXPS8

Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

"Perubahan tidak dapat dimulai dari atas. Semuanya berawal dan berakhir dari guru. Jangan menunggu aba-aba, jangan menunggu perintah. Ambillah langkah pertama." - Nadiem Makarim-

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun