Mohon tunggu...
Walkhot Silalahi
Walkhot Silalahi Mohon Tunggu... Guru - Mencerdaskan generasi penerus bangsa

Menuangkan ide dalam bentuk cerpen juga dalam artikel dalam hal pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Aku Guru Penggerak Angkatan 9?

23 April 2024   21:57 Diperbarui: 23 April 2024   22:02 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saya mulai menuntun murid berdasarkan Sosio kultural yang sejalan dengan pemikiran KHD, dalam hal Budi pekerti (Tarian adat, , Oko mama, Natoni, Cium hidung, dan gotong royong). Dari segi kodrat alam murid yaitu menenun dan membuat minyak kelapa murni (CVO). Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat yang dapat mengantarkan peserta didik pada budi pekerti (olah cipta, olah rasa, olah raga) yang luhur dan bijaksana. Pendidikan berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zamannya murid. 

Nilai dan peran saya sebagai guru penggerak

Tugas 1. Refleksi Apa peristiwa positif dan negatif yang saya jelaskan di sana? Jawab : Masa sekolah adalah masa yang selalu menjadi kenangan tersendiri. Kenangan karena melewati masa yang memalukan, menyenangkan, kecewa, dan haru yang luar biasa. Tentu saja hal ini menjadi hal yang penuh makna karena dari keseluruhan kejadian tersebut, saya mengambil makna hidup, untuk selanjutnya dijadikan cerminan dan pelajaran yang sangat berharga bagi kehidupan sekarang dan masa mendatang. Kedewasaan diri bertumbuh seiring berjalannya waktu sehingga saya menjadi lebih bijak dalam berpikir dan bertindak. Peristiwa yang terkenang dalam memori saya sampai sekarang sebagai berikut. 

a. Peristiwa Negatif Pada waktu itu saya berusia 14 tahun duduk di kelas VII, saya malas ke sekolah karena jarak sekolah yang jauh dari rumah. Sebelum berangkat ke sekolah saya dan Kakak wajib mengisi air di bak kamar mandi menggunakan gerobak yang berisi 10 jerigen, per jerigen berisi 40 liter air. Setelah mengisi air baru mandi, dan kemudian jarak dari rumah ke sekolah itu kurang lebih 10 km. Kalau Orang tua kasih ongkos berarti menggunakan angkutan umum ke sekolah, jika tidak berarti lari-lari pagi dari rumah menuju ke sekolah. Setibanya di sekolah lebih sering terlambat karena orang tua cenderung menyuruh saya berangkat ke sekolah tanpa diberi uang. Waktu itu kami yang bersekolah ada lima bersaudara, kakak-kakak SMA, saya SMP, dan dua adik saya SD. Sehingga orang tua lebih sering mengajarkan arti hidup itu dari kesederhanaan hidup. Sekalipun demikian kami berlima tidak pernah menyerah dengan keadaan hidup. Ibu saya selalu mengatakan, "Kalian sekalipun jalan kaki ke sekolah jangan bersungut-sungut karena masa depan kalian sungguh ada." Semangat hidup itu lebih cenderung putus asa karena pergi berjalan kaki di pagi hari itu masih menyehatkan, namun di saat pulang itu sangat menggemaskan dimana harus berpacu dengan teriknya matahari ditambah lagi polusi kendaraan yang dihirup pada saat itu. Sampai di rumah tugas sekolah lupa mengerjakan dan akibatnya disaat Pak Guru meminta lembaran tugas belajar di rumah yang tidak dikerjakan sanksinya adalah berdiri satu kaki sampai mata pelajaran Matematika selesai. Hampir disemua mata pelajaran dapat hukuman karena tidak mengerjakan tugas. Bapak/Ibu guru tidak pernah menanyakan kenapa tidak mengerjakan tugas, sehingga inilah yang membuat saya malas ke sekolah. Memang guru tidak bisa disalahkan, orang tuaku pun tak bisa saya salahkan atas keadaan ekonomi di garis kemiskinan. 

b. Peristiwa positif Masa-masa sulit di SMP dan SMA membuat saya sempat berhenti sekolah. Berhenti sekolah karena saya memilih jadi sopir angkot untuk membantu orang tua saya. Dan setiap kali ada penumpang yang membaca modul kuliah disitulah saya terpukul dan hati kecil bertanya, "Kapan kau bisa seperti dia. Sekalipun usia sudah 24 tahun inilah saat yang tepat dan bernilai positif bagi diri saya disaat melanjutkan kuliah. Disaat teman-teman kelas saya sudah menjadi manusia melalui jati diri yang sudah mereka temukan lewat pekerjaan karena sudah sarjana. Maka saya tertantang untuk mencoba maju dengan bermodalkan keyakinan. Memang untuk maju itu sangat membutuhkan keuletan hidup, kehidupan yang penuh dengan perjuangan. "Nak, jika kamu mau melanjutkan sekolahmu silahkan, tapi hanya doa yang bisa Papa dan Mama bantu. Kalau dari segi uang Papa dan Mama tidak sanggup." Saya peluk ke dua orang tua dan saya katakan "Doa Papa dan Mama membantu dan sangat membantu saya untuk mencapai jati diri manusia yang sesungguhnya." Kemudian kami berdoa. Awalnya jadi memilih kuliah jurusan Filsafat Kristen namun berakhir di FKIP Bahasa Indonesia karena belum mahir menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Puji Tuhan di semester 7 tahun 2007 bulan Oktober saya sudah dipercaya jadi guru SMP dan SMA bulan Januari 2008. Tahun 2009 saya mendapat gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia, 2010-2013 dipercaya jadi dosen di Univ. PGRI Kupang mengabdi sore hari di almamater , dan 2021 dapat menyelesaikan pendidikan Manajemen Pendidikan di UNIKA Widya Mandira Kupang. Tak ada kata menyerah, dan pasrah. Nilai positif yang saya tanamkan pada diri. 

2. Selain saya, siapa lagi yang terlibat di dalam masing-masing peristiwa tersebut? Jawab: Yang terlibat di dalam masing-masing peristiwa tersebut diantaranya peristiwa positif dari orang tua, teman-teman sekelas (siswa lain), dan guru. Peristiwa negatif yang terlibat diantaranya diri sendiri dan guru yang tidak mau tahu dengan latar belakang keluarga. Dampak emosi apa saja yang saya rasakan hingga sekarang? (silakan gunakan roda emosi Plutchik di Gambar 2 untuk mengidentifikasi persisnya perasaan Bapak/Ibu di masa itu) Jawab: a. Dari peristiwa negatif tersebut saya merasa kecewa karena bapak ibu guru selalu memberikan hukuman tanpa menanyakan latar belakang saya. Saya menerima kenyataan itu dan membuat saya termotivasi untuk bisa menemukan jati diri pelajar sesungguhnya dan menjadi lebih baik. b. Dari peristiwa positif tersebut saya merasa sangat senang, bersemangat, dan bangga karena saya mendapat pengalaman belajar yang sangat luar biasa dari seorang guru hebat yaitu orang tua dan guru hebat. Guru hebat karena selalu mengingatkan saya penting belajar dari kehidupan nyata selain dari ilmu pengetahuan yang didapatkan di sekolah. Mengapa momen yang terjadi di masa sekolah masih dapat saya rasakan dan masih dapat mempengaruhi diri saya di masa sekarang? Jawab : Momen yang terjadi di masa sekolah masih dapat saya rasakan dan masih dapat mempengaruhi diri saya di masa sekarang, karena momen ini merupakan momen dimana saya dapat merasakan peran guru yang dapat menjadi penuntun, menjadi motivator, dan menjadi fasilitator dalam membentuk saya menjadi manusia yang berguna. Dimana pada cerita peristiwa negatif (cerita bagian a) bagaimana guru selalu memberikan sanksi berupa hukuman setiap kali saya tidak mengerjakan tugas. Momen ini memacu saya untuk selalu melihat realita hidup dari kesederhanaan. Demikian juga teman-teman hanya bisa berdiam diri tak ada yang berani menambah masalah di masa sekolah. Orang tua yang selalu memberikan motivasi hidup sekalipun dalam keterpurukan ekonomi. Pada cerita Dari peristiwa positif tersebut saya merasa sangat senang, bersemangat, dan bangga karena saya mendapat pengalaman belajar yang sangat luar biasa dari seorang guru hebat yaitu orang tua dan guru hebat. Guru hebat karena selalu mengingatkan saya penting belajar dari kehidupan nyata selain dari ilmu pengetahuan yang didapatkan di sekolah. Walau lambat mendapat gelar tapi tidak ada kata terlambat bagi yang mau berusaha dan selalu belajar dari pengalaman hidup. Karena pengalaman hidup itulah guru yang terbaik. Pelajaran hidup apa yang saya peroleh dari kegiatan trapesium usia dan roda emosi, terkait peran saya sebagai guru terhadap peserta didik saya? Jawab: Pelajaran hidup yang saya peroleh dari kegiatan trapesium usia dan roda emosi, terkait peran saya sebagai guru adalah saya mengetahui bahwa peran guru adalah menuntun dan memotivasi anak dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa. Ini dilihat dari yang digambarkan dalam trapesium usia. Grafiknya naik, itu artinya anak dibekali dengan berbagai bekal kemampuan, keterampilan, ilmu, dan karakter sehingga dapat dijadikan bekal bagi mereka ketika sudah bekerja. Selain itu guru juga berperan sebagai sahabat, motivator, fasilitator, serta sebagai penuntun yang baik bagi siswa. Selain memberikan pengetahuan, sikap sosial, religius dan keterampilan juga sangat ditekankan dalam pembelajaran sehingga anak tidak hanya pintar secara kognitif, akan tetapi juga memiliki kecerdasan emosional, spiritual, dan memiliki keterampilan hidup. Kalau memperhatikan roda emosional, dalam menjalankan peran sebagai pendidik dan pengajar guru harus bisa selalu menjaga emosional anak, baik pada saat penyampaian materi atau memberikan pesan bahwa kita tidak hanya mampu mendalami ilmu pengetahuan tapi disaat bersamaan harus mampu melihat keadaan ekonomi orang tua. Bagaimana saya menuliskan nilai-nilai yang saya yakini sebagai seorang Guru, dalam 1 atau 2 kalimat menggunakan kata-kata: "guru", "murid", "belajar", "makna", "peran"? 

Jawab: a. Kalimat 1 Peran guru menuntun keberhasilan murid dalam pembentukan karakter untuk menjadi murid yang rajin belajar dan dirasakan sebagai proses yang menyenangkan sehingga makna pendidikan yang sesungguhnya dapat dirasakan. 

b. Kalimat 2 Guru dan murid adalah aktor penting dalam laju pendidikan, peran guru membentuk karakter murid sehingga makna belajar bukan hanya menerima hasil akan tetapi menikmati setiap prosesnya dalam kehidupan, sehingga pembelajaran yang bermakna bisa terwujud dan murid sebagai orientasinya memiliki keterampilan hidup. Tugas 2. Nilai dan peran guru penggerak menurut saya Apa nilai-nilai dalam diri saya yang membantu saya menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya? Jawab : Nilai-nilai dalam diri saya yang membantu menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah adalah disiplin, saling menghargai, jujur, bertanggungjawab, mandiri, kolaboratif, inovatif, dan reflektif Apa peran yang selama ini saya mainkan dalam menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya? Jawab: Peran yang selama ini saya mainkan dalam menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya adalah "belajar untuk bergerak bersama-sama menuju perubahan yang lebih kreatif". Maksudnya saya menyadari bahwa kemajuan suatu sekolah tidak terlepas dari kemauan pada masyarakat (guru, tenaga administrasi, dan siswa) sekolah untuk mau bergerak ke arah yang lebih baik. Saya harus mampu menjadi sahabat semua masyarakat sekolah, menjadi orang yang bisa merangkul dan mengarahkan rekan-rekan guru dan komunitas sekolah agar mau belajar bersama-sama. Saya ingin memaksimalkan pengalaman yang saya peroleh agar menjadi motivator bagi rekan-rekan guru untuk bisa menjadi lebih baik, demikian juga dengan siswa saya harus menjadi penuntun yang memberi panutan, motivasi dan mendorong siswa menemukan jati dirinya. 

Tugas: Membuat gambaran diri sebagai Guru Penggerak di masa depan Pada saat itu, tentunya Bapak/Ibu sudah memiliki kepercayaan diri dan telah membawakan kegiatan-kegiatan yang mewujudkan nilai dan peran sebagai Guru Penggerak. Buatlah kisah narasi tertulis/presentasi PowerPoint/poster/peta pikiran/video/audio sederhana yang dapat menggambarkan kira-kira apa saja aktivitas Bapak/Ibu sebagai Guru Penggerak baik dalam keseharian, atau yang terprogram rutin berkesinambungan, maupun yang sifatnya ad-hoc (khusus). Buatlah sedemikian rupa sehingga dapat menggambarkan nilai-nilai Guru Penggerak (berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif) yang Bapak/Ibu telah dihidupi selama 3 tahun tersebut. 1. Merancang Kegiatan Pembelajaran yang Berpihak pada Murid - Guru sebagai fasilitator - Murid bahagia dan selamat berbahagia - Murid memiliki jiwa nasionalis mengenai nilai-nilai jati dirinya sesuai dengan nilai kodrat alam (nilai-nilai budaya) - Murid kreatif dan kritis - Membangun jiwa yang suka membantu, gemar bergotong royong dan menghargai perbedaan latar belakang sosial, menghargai perbedaan agama yang dianut murid dan - Menemukan potensi diri sesuai bakat murid sesuai dengan kodrat zaman 2. Merancang strategi pembelajaran yang berpihak pada murid (Mandiri) 3. Merefleksikan setiap pembelajaran yang baru saja berlangsung dengan cara, - Membuat asesmen diagnostik diri berdasarkan penilaian siswa - Saat memeriksa hasil pencapaian tugas kelompok - Meminta masukan dari kepala sekolah, teman sejawat, pemerhati sekolah, dan orang tua siswa dalam hal membangun strategi pembelajaran yang berpihak pada siswa, dan - Menampilkan/memajang hasil refleksi melalui blog/google site 4. Kolaboratif, berdiskusi dengan siswa mengenai model belajar yang mereka inginkan (perwakilan masing-masing kelas), membuka diri berkomunikasi dengan teman sejawat, dan dengan kepala sekolah mengenai kemajuan sekolah dalam menggerakkan layanan pendidikan yang berpusat pada murid. 5. Inovatif, siswa diharapkan mampu tampil percaya diri saat mempresentasikan hasil kerja kelompok/individu dalam bentuk video, ppt, karya tulis yang dipublikasikan melalui blog, video canva dan video presentasi canva. 

"Aku hanya orang biasa yang bekerja untuk bangsa Indonesia dengan cara Indonesia" Ki Hajar Dewantara

Visi yang saya bangun untuk SMAS Advent Nusra adalah "Menuntun murid melalui interaksi belajar, berkarakter, berdisiplin, berbudaya seperti Yesus Kristus sesuai dengan profil pelajar pancasila. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun