Ada institusi yang hanya  diperbolehkan menjalankan fungsi mengontrol kartu identitas, tapi tidak berhak menerima fotokopi kartu identitas itu.
Kalaupun warga Belanda merasa terpaksa harus menyerahkan fotokopi kartu identitasnya, maka pemerintah menyediakan aplikasi app untuk membuat fotokopi kartu identitas.
Dengan menggunakan aplikasi app dari pemerintah ini, warga bisa melindungi beberapa data penting dari kartu identitasnya, sehingga tidak semua data perlu diperlihatkan.
Aplikasi app dari pemerintah tadi, bahkan juga disertai watermark yang bertuliskan untuk kepentingan apa atau kepada siapa kartu identitas itu digunakan.
Applikasi app untuk melindungi kartu identitas warga ini untuk mengantisipasi kebocoran data yang bisa saja terjadi tanpa disengaja, dan akhirnya bisa saja dimanfaatkan oleh pihak luar secara tidak bertanggungjawab.
Inovasi Kompasiana tentang Validasi dan Permintaan Kartu Identitas?
Demikianlah, selain hambatan teknis, ada juga hambatan psikologis mengapa orang ragu memvalidasi akunnya di Kompasiana.Â
Tiap negara mempunyai kebijakan yang berbeda dalam hal menjaga kerahasiaan kartu identitas warganya. Sementara itu, Kompasiana adalah tempat bagi setiap orang dari berbagai negara. Lain negara, lain pula sudut pandang dalam menangani hak privacy warga dalam hal kartu identitas ini.
Mungkin di masa depan akan ada inovasi baru dari Kompasiana (?), bagaimana akun tetap bisa tervalidasi dengan tetap memberi hak kepada warga untuk bisa memiliki privacy menjaga kerahasiaan kartu identitasnya, demi keamanan warga juga.
Kembali ke soal validasi akun di Kompasiana, pada akhirnya umumnya tujuan orang membuka akun di Kompasiana adalah untuk menulis. Dan Kompasiana memberi tempat untuk itu, baik bagi yang tervalidasi maupun yang tidak tervalidasi.
Saya sepakat, lebih baik kalau akun itu tervalidasi. Tetapi kalau tidak tervalidasi, jangan buru-buru berprasangka terhadap pemilik akun.