Konflik di atas antara lain karena adanya perbedaan pendapat antar kelompok, seperti antara kelompok kooperatif dan kelompok non-kooperatif. Ada juga perbedaan ideologi di antara tokoh pergerakan, misalnya antara yang komunis dan non-komunis. (Pada masa kolonial, komunis juga adalah musuh pemerintah kolonial, karena merintangi kebijakan kapitalisme kolonialisme).
Indonesia pada masa sebelum kemerdekaan maupun setelah kemerdekaan mempunyai masalah yang sama, yang tetap relevan hingga kini. Yaitu kehidupan berbangsa dengan latar belakang aneka perbedaan yang memang sudah menjadi wajah khas Indonesia.
Letak geografisnya sendiri membuat Indonesia secara historis dan kultural memang telah hidup dalam aneka perbedaan selama berabad-abad. Ini adalah kenyataan yang tak dapat ditolak.
Multi kultur, multi suku, multi ras, multi agama, bisa membawa berkah, tapi juga bisa rawan konflik kalau tak mampu mengatasinya.
Pada dasarnya konflik akan selalu ada di negara manapun juga. Tapi dalam negara yang menghadapi beraneka ragamnya perbedaan yang begitu kompleks seperti Indonesia, maka penguasaan manajemen konflik menjadi kebutuhan krusial.Â
Mengantisipasi potensi konflik adalah tantangan historis bagi bangsa Indonesia. Ini adalah isu yang tetap aktual dari dulu hingga kini, yang akar historisnya sudah ada pada masa lahirnya organisasi pergerakan nasional.
Melihat bagaimana para tokoh organisasi pergerakan nasional mengatasi konflik yang terjadi, bisa menjadi pelajaran dan renungan berharga.
Di sinilah terlihat bahwa sejarah bukanlah benda mati yang hanya dijadikan objek hafalan semata. Pelajaran sejarah juga adalah pelajaran tentang kehidupan. ***
(Penulis: Walentina Waluyanti)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H