Sebelum mendirikan PNI, Sukarno bersama kawan-kawannya mendirikan Algemeen Studieclub. Saat itu Sukarno juga mendirikan PPKI (Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia). PPKI merupakan gabungan dari ormas dan partai politik seperti PNI, PSII, Budi Utomo, Pasundan, Sumatranen Bond, Kaum Betawi, dan Algemeen Studieclub.
PPKI juga menetapkan organisasi Perhimpunan Indonesia yang dipimpin oleh Mohammad Hatta di Belanda, sebagai wakil resmi PPKI di Eropa. PPKI Â menekankan pentingnya persatuan di antara seluruh rakyat.
Persatuan itu terbentuk terutama karena adanya persamaan cita-cita di antara seluruh rakyat. Yaitu ingin lepas dari kesengsaraan, mencita-citakan kesejahteraan rakyat dengan jalan meraih kemerdekaan. Kemerdekaan adalah jembatan emas menuju cita-cita. Hanya rakyat merdeka yang bisa menentukan dan meraih cita-citanya sendiri.
Persamaan cita-cita di antara berbagai organisasi pergerakan dari berbagai daerah, akhirnya membawa semangat persatuan. Dan semangat persatuan ini kemudian menjadi andil bagi lahirnya Sumpah Pemuda: satu Tanah Air, satu bangsa, satu bahasa.
Sukarno juga turut menghadiri Kongres Pemuda yang melahirkan Sumpah Pemuda pada 1928. Ketika itu Hatta masih di Belanda.
Dengan mempelajari sejarah organisasi pergerakan nasional, diharapkan suatu generasi tidak mudah mengkhianati komitmen persatuan Indonesia.
4. Mempelajari Bagaimana Tokoh Pergerakan Nasional Mengatasi KonflikÂ
Pelajaran sejarah bukan sesuatu yang kaku dan statis. Di dalamnya ada kisah tentang anak manusia yang bisa mengalami kebahagiaan, kesedihan, ada aksi kepahlawanan, juga ada ketidakberdayaan. Mereka semua adalah manusia yang tidak terlepas dari konflik kehidupan.
Dan inilah yang menarik saat mempelajari sejarah organisasi pergerakan nasional. Konflik antar tokoh pergerakan juga saya bahas di dalam buku saya "Sukarno Hatta Bukan Proklamator Paksaan", juga bagaimana mereka berdamai setelah mengatasi konflik.
Antara Sukarno dan Hatta pun tak terlepas dari konflik pada masa-masa keduanya aktif dalam organisasi pergerakan nasional. Di antaranya masa-masa sulit ketika Sukarno dan Hatta terseret dalam polemik yang sengit antara tahun 1932-1933.