Mohon tunggu...
Walentina Waluyanti
Walentina Waluyanti Mohon Tunggu... Penulis - Menulis dan berani mempertanggungjawabkan tulisan adalah kehormatan.

Penulis. Bermukim di Belanda. Website: Walentina Waluyanti ~~~~ Email: walentina.waluyanti@upcmail.nl ~~~ Youtube channel: Kiki's Mom

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Ketika Putri Tidur Terjaga dari Tidurnya

1 Juli 2021   10:05 Diperbarui: 1 Juli 2021   22:23 1219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konflik di atas antara lain karena adanya perbedaan pendapat antar kelompok, seperti antara kelompok kooperatif dan kelompok non-kooperatif. Ada juga perbedaan ideologi di antara tokoh pergerakan, misalnya antara yang komunis dan non-komunis. (Pada masa kolonial, komunis juga adalah musuh pemerintah kolonial, karena merintangi kebijakan kapitalisme kolonialisme).

Indonesia pada masa sebelum kemerdekaan maupun setelah kemerdekaan mempunyai masalah yang sama, yang tetap relevan hingga kini. Yaitu kehidupan berbangsa dengan latar belakang aneka perbedaan yang memang sudah menjadi wajah khas Indonesia.

Letak geografisnya sendiri membuat Indonesia secara historis dan kultural memang telah hidup dalam aneka perbedaan selama berabad-abad. Ini adalah kenyataan yang tak dapat ditolak.

Multi kultur, multi suku, multi ras, multi agama, bisa membawa berkah, tapi juga bisa rawan konflik kalau tak mampu mengatasinya.

Pada dasarnya konflik akan selalu ada di negara manapun juga. Tapi dalam negara yang menghadapi beraneka ragamnya perbedaan yang begitu kompleks seperti Indonesia, maka penguasaan manajemen konflik menjadi kebutuhan krusial. 

Mengantisipasi potensi konflik adalah tantangan historis bagi bangsa Indonesia. Ini adalah isu yang tetap aktual dari dulu hingga kini, yang akar historisnya sudah ada pada masa lahirnya organisasi pergerakan nasional.

Melihat bagaimana para tokoh organisasi pergerakan nasional mengatasi konflik yang terjadi, bisa menjadi pelajaran dan renungan berharga.

Di sinilah terlihat bahwa sejarah bukanlah benda mati yang hanya dijadikan objek hafalan semata. Pelajaran sejarah juga adalah pelajaran tentang kehidupan. ***

(Penulis: Walentina Waluyanti)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun