Mohon tunggu...
Wahyu Noliim Lestari Siregar
Wahyu Noliim Lestari Siregar Mohon Tunggu... MAHASISWA -

Jangan Takut Bermimpi, dan Lukiskanlah itu dalam Kanvas Dunia mu yang Nyata.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Suap Atau Pemberian

30 Juni 2016   22:25 Diperbarui: 30 Juni 2016   22:35 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap orang ingin “sukses”. Tapi, tidak semua orang memiliki pemahaman yang sama tentang “sukses”. Bahkan gereja sendiri mulai kehilangan identitasnya sebagai wadah kesatuan jemaat. Dapat ditambahkan bahwa Gereja yang sukses bukan diukur berdasarkan “keberhasilannya” membangun gedung gereja miliaran rupiah atau sebagainya. Gereja yang sukses adalah gereja yang mewujudkan kehendak Bapa, Sang Pemilik gereja itu sendiri.

Gereja dalam menjalankan tugasnya harus mampu memahami kebutuhan-kebutuhannya sendiri yang terdalam dan hubungannya antara Injil dengan kebutuhannya tersebut. Gereja sudah menjadi pewartaan yang universal, tetapi secara teologi tetap terbatas menurut wilayahnya. Hal ini merupakan dilema yang serius dan kalau kita tidak memecahkan persoalan ini, maka akan merusak dasar-dasar kita sebagai Gereja.

Hadiah dan suap; dua buah kata yang memiliki konotasi yang sangat berbeda, namun sering kali kedua kata ini menjadi rancu dan kabur di masyarakat. Keduanya sering dikonotasikan dengan satu makna; suap, sebuah kata yang tidak sedap.

Sebuah musibah besar; di negeri ini suap menyuap dianggap sebagai suatu hal yang lumrah. Bahkan dalam urusan tertentu dianggap suatu keharusan, sebab tanpa suap maka hampir dipastikan urusan akan jadi rumit dan berbelit. Ditambah lagi korupsi yang juga sudah jadi pemandangan akrab. Nyaris di semua instansi; baik pemerintah ataupun swasta, praktek haram ini kerap selalu terjadi. Padahal jelas sekali: praktek suap dan korupsi melanggar larangan Tuhan.

3.2 Beda Suap dengan Pemberian/Hadiah

  1. Suap adalah pemberian yang diharamkan, sedangkan hadiah merupakan yang dianjurkan.
  2. Suap diberikan dengan satu syarat yang disampaikan secara langsung atau tidak langsung ,sedang hadiah diberikan secara ikhlas tanpa syarat,
  3. Suap diberikan untuk mencari muka dan mempermudah hal yang akan dikerjakan sedangkan hadiah untuk silaturrahim dan kasih sayang.
  4. Suap dilakukan secara sembunyi-sembunyi berdasar tuntut menuntut, biasanya diberikan dengan berat hati, sedang hadiah diberikan atas sifat kedermawanan
  5. Biasanya Suap diberikan sebelum suatu pekerjaan, sedang hadiah setelahnya.
  • Hakikat Pemberian dalam Gereja

Kenapa Gereja-gereja mengadakan pengumpulan persembahan ? atau kenapa orang percaya memberi persembahan ?. Dalam buku Aturan dan Peraturan HKBP tahun 2002, pasal 14 tentang: Kewajiban Warga, di sana dikatakan: “Warga Jemaat berkewajiban memikirkan segala kebutuhan di jemaat dengan mempersembahkan diri sesuai dengan talenta yang diberikan Tuhan kepadanya, maupun melalui penyampaian berbagai persembahan dari hati yang tulus dan penuh sukacita”. Melalui pemahaman ini ada dua yang menjadi focus perhatian kita dalam memahami persembahan:

  • Mempersembahankan diri sesuai dengan talenta yang diberikan Tuhan; Talenta yang dimaksud disini ialah kecakapan-kecakapan khusus yang dimiliki setiap orang. (bnd Roma 12: 6-8; I Kor 12: 8-10). Semuanya itu diberikan sebagai persembahan yang kudus kepada Tuhan. “… supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, yang berkenaan kepada Allah”, (Roma 12:2).
  • Menyampaikan berbagai persembahan dari hati yang tulus; Persembahan yang dimaksud disini, sama artinya dengan penyampaian korban dalam Perjanjian Lama, yang diwujudkan dalam bentuk binatang, panen atau buah dari pekerjaan.

Dari kedua pemahaman ini, bahwa pemberian persembahan menjadi tanda penundukan diri setiap orang beriman kepada Tuhan, dengan demikian hidupnya akan penuh ketaatan melalui persembahan. Oleh karenanya memberi persembahan merupakan tindakan ibadah dan yang dipersembahkan adalah gambaran sikap hati untuk memulikan Tuhan. Oleh karena itu berikanlah persembahanmu kepada Tuhan dengan hati yang tulus iklas jangan dengan bersungut-sungut.

Tidak seorang pun dapat memperbandingkan persembahan yang satu dengan yang lain di hadapan Allah. Kita tidak dapat mengatakan persembahan uang atau materi "lebih tinggi nilainya" dibandingkan dengan persembahan mulut dengan memuji-muji dan memulikan Allah. Demikian pula halnya dengan memberi waktu melalui kunjungan-kunjungan ke panti asuhan, rumah sakit, atau janda-janda, tidak berarti lebih berharga di mata Allah dibandingkan dengan persembahan puji-pujian di dalam ibadah kebaktian minggu. Semua bentuk persembahan ini saling melengkapi untuk menyenangkan hati Allah. Namun, ada syarat mutlak yang harus diberikan yakni persembahan tubuh yang kudus kepada Allah. Tidak ada manfaatnya apabila kita memberikan berbagai persembahan, namun tubuh kita dikuasai oleh kenajisan dan dosa.

4. Cara Mengatasi Suap

Allah menciptakan manusia demi untuk kemulianNya (Yesaya 43:7; Matius 6:15). Allah memberikan kemerdekaan kepada manusia untuk memilih apakah mematuhi Allah dan mendapat pahala atau menolak Allah dan tersiksa di dalam neraka selama-lamanya. Karena manusia itu hidup di dalam dunia dan dalam daging, maka manusia itu kurang peduli dengan hal-hal yang bersifat rohani. Manusia itu cenderung melakukan apa yang dapat menyenangkan daging dan berjalan sesuai dengan apa yang dapat dilihat oleh mata walaupun hal itu bertentangan dengan kehendak Tuhan. Dalam keadaan yang demikian Tuhan tidak membiarkan ciptaanNya terpuruk dan tinggal di dalam kebejatan moral. Dia selalu saja menyuruh utusanNya untuk memberikan teguran kepada manusia yang sudah bejat itu. Zaman sekarang kehidupan manusia sudah semakin tidak karuan. Kualitas moral sudah terperosok jatuh ke dasar yang sangat membutuhkan perhatian khusus dan untuk tugas ini, Allah telah menempatkan kita (orang Kristen) untuk memperbaikinya. Jangan kita mempraktekkannya. Karena selama ada yang memberikan maka orang-orang yang sudah terbiasa menerimanya tidak akan berhenti untuk melakukannya. Mereka tidak berubah mungkin juga karena masih adanya orang yang memberikannya, biasanya keinginan akan muncul apabila ada kesempatan. Saya sangat terkesan dengan pernyataan yang dibuat oleh seorang misionari yang berkata bahwa lebih baik beliau mengakhiri pekerjaannya di negeri ini, jikalau sampai harus memberikan suap agar visa (izin tinggal)-nya diperpanjang.

Refleksi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun