Mohon tunggu...
Muhammad Wahyu Setiyadi
Muhammad Wahyu Setiyadi Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha

Saat ini bekerja sebagai Dosen di STKIP Al Amin Dompu-NTB. Aktif menulis artikel ilmiah serta sebagai editor dan reviewer Jurnal Nasional maupun Jurnal Nasional Terakreditasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menggali Etnopedagogi dalam Falsafah Nggahi Rawi Pahu: Pendidikan Karakter Berlandaskan Kearifan Lokal

17 November 2024   17:30 Diperbarui: 17 November 2024   17:31 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai contoh, guru dapat menggunakan indikator-indikator seperti berikut:

  1. Kejujuran: Apakah siswa menunjukkan konsistensi antara perkataan dan perbuatannya, baik dalam konteks akademik maupun sosial?
  2. Tanggung jawab: Apakah siswa menyelesaikan tugas dan memenuhi janjinya tepat waktu?
  3. Ketekunan: Bagaimana siswa menghadapi tantangan dalam pembelajaran, seperti tugas proyek berbasis budaya lokal?
  4. Kerja sama: Apakah siswa mampu bekerja dengan baik dalam kelompok, menunjukkan rasa saling menghormati, dan berkontribusi aktif dalam kegiatan gotong royong?
  5. Penghormatan terhadap budaya: Apakah siswa mampu mengapresiasi budaya lokal melalui partisipasi aktif dalam kegiatan berbasis kearifan lokal, seperti mempelajari cerita rakyat atau tradisi Kabupaten Dompu?

Pendekatan ini mendukung prinsip assessment as learning, di mana penilaian tidak hanya menjadi alat ukur hasil belajar tetapi juga proses pembelajaran itu sendiri. Dengan mengintegrasikan falsafah Nggahi Rawi Pahu, siswa tidak hanya dinilai dari segi kemampuan akademik tetapi juga dari seberapa jauh mereka mampu menginternalisasi dan menerapkan nilai-nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari.

Penerapan falsafah Nggahi Rawi Pahu melalui etnopedagogi dapat menjadi pendekatan yang kuat untuk membangun karakter generasi muda Indonesia khususnya di Kabupaten Dompu yang berakar pada nilai-nilai lokal. Di tengah arus globalisasi yang cepat, menjaga dan menguatkan identitas budaya menjadi tugas penting agar karakter bangsa tetap kokoh. Dengan mengedepankan nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, kerja keras, kebersamaan, dan penghormatan pada orang lain, falsafah ini diharapkan dapat menjadi pijakan moral yang kuat bagi generasi penerus bangsa. Menerapkan Nggahi Rawi Pahu dalam pendidikan bukan hanya tentang pelestarian budaya, tetapi juga tentang membentuk generasi yang mampu membawa perubahan positif dan memberikan kontribusi berarti bagi daerah, Indonesia dan dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun