Mohon tunggu...
Ega Wahyu P
Ega Wahyu P Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Seorang pengelana dari negeri Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pensil Warna Abay: Kebaikan yang Dikhianati

25 September 2022   11:04 Diperbarui: 25 September 2022   11:05 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kau yang apa-apaan. Jam sekolah kok tidur pulas."

"Apa? Aku tidur?" 

"Iya, sejak pelajaran seni selesai. Kau kan memang mencintai seni dan keindahannya, hingga lupa matematika yang mengancam kehidupan akademikmu di akhir semester nanti."

Astaga. Selama itukah aku tidur? Jadi, lukisan indah yang dibayar 3 juta itu hanya sekadar mimpi disiang hari? Di sekolah ini?

Saat bel pulang berbunyi, segera aku pulang ke rumah, mengecek apakah masih ada kain kasa dan peralatan lukis lainnya.

"Ayah, kemana kain kasa dan peralatan lukis aku?"

"Sejak kapan kamu punya kain kasa dan peralatan lukis? Pensil warna saja tak terbeli."

Benar juga. Aku tidak punya pensil warna, seperti yang aku beli menggunakan uang infaq.

Jadi, semua cerita indah itu hanya mimpi?

Ah, sudahlah, memang benar, orang miskin seperi kami hanya boleh bermimpi. Untuk mewujudkannya, tunggu saja Dendi menjadi presiden. Siapa tahu dia masih ingat aku nanti.

End.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun