Mohon tunggu...
wahyu mada
wahyu mada Mohon Tunggu... Penulis - Pemuda dari Nganjuk yang ingin memandang dunia dari berbagai sudut pandang

Sejarah dadi piranti kanggo moco owah gingsire jaman (KRT Bambang Hadipuro)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar Toleransi dari Sejarah: Hubungan Antar Umat Beragama Pra dan Paska Didirikannya GPT Kristus Penolong

22 September 2021   15:01 Diperbarui: 22 September 2021   16:04 1207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Sukoco (Ketua RW III)

Bapak Pendeta Yohanes memang pada awalnya memiliki niat untuk memberikan imbalan kepada warga yang dengan ikhlas dating sendiri untuk ikut merenovasi, namun warga tersebut tidak ada yang mau menerima imbalan dari Bapak Pendeta Yohanes.

Pihak gereja juga begitu, mereka menggunakan tenaga lokal atau tenaga yang ada di Kelurahan Kedondong untuk merenovasi gereja. Tujuan utamannya jelas untuk menjaga keharmonisan yang telah bertahun-tahun terjalin.

Ketika membangun ini semua, baik tukang itu saya ambil dari dalam masyarakat Kedondong, Triono, terus RT, kuli-kuli juga tukang masyarakat sini kok, orang Kedondong sini. Jadi saya tidak mengambil dari luar, iya itu menjaga supaya keharmonisan tidak terganggu dan tidak menimbulkangesekan kecemburuan begitu lo, salah persepsi begitu wong disini ada tukang kok ambil luar dan saya tidak mau begitu. Kita hidup bermasyarakat disini ya potensi apa di desa itu ya kita manfaatkan, kita utamakan. Selama ini tidak pernah saya dari luar, justru mereka saya tanya kapan bisanya ini?, justru mereka lebih gampangan untuk membantu, yawe nanti gini-gini.

Setelah tahun 2017, yaitu tahun 2018 hingga 2019 nyaris tidak ada peristiwa unik yang dapat ditelisik lebih jauh mengenai toleransi antarumat beragama di Kedondong. Kita kembali lagi seperti penjelasan wal, bahwa pola peristiwa setelah renovasi gereja sama saja seperti peritiwa sebelum-sebelumnya sejak tahun 1979, namun untuk gereja sendiri terdapat perubahan. Perubahan yang terjadi di gereja adalah perubahan induk organisasi dari Gereja Pantekosta Tabernakel menjadi Gereja Tabernakel Tubuh Kristus yang masih menjadi satu-satunya di Kecamatan Bagor di tahun 2018, menurut keterangan dari Bapak Pendeta Yohanes Husodo. 

Menginjak tahun 2020, Indonesia mengalami dampak pandemic Covid-19. Dampaknya pada saat itu tentu adanya pembatasan dalam beribadah di tempat ibadah dan disarankan untuk beribadah di rumah saja. Hubungan antarumat beragama di Kelurahan Kedondong dibatasi, utamanya acara-acara keagamaan. Bapak Pendeta Yohanes yang pada tahun sebelum-sebelum 2020 memberikan takjil kepada musholla, justru pada tahun 2020 beliau tidak melaksanakan hal itu. 

Tentunya ini didasari pembatasan sosial, memang waktu itu Bapak Pendeta Yohanes berdomisili di Jombang sehingga terhambat karena adanya pembatasan ini ketika akan ke Nganjuk. Selain itu kegiatan Idul Fitri yang biasanya digunakan sebagai sarana sosial bagi umat beragama Kelurahan Kedondong juga dibatasi acarannya. Pada tahun-tahun sebelumnya bukan hanya umat Islam saja yang meramaikan lebaran, namun warga Kristen juga turut berpartisipasi.

Bapak Jiman selaku staff kelurahan mengatakan bahwa di Kelurahan Kedondong belum pernah ada laporan mengenai konflik antarumat beragama. Pihak kelurahan sendiri juga banyak membina umat Bergama di Kelurahan Kedondong, seperti contohnya saat mendapatkan undangan dari pihak gereja, musholla, atau masjid. Pihak kelurahan sendiri juga sering mengingatkan kepada masyarakat Kedondong, apabila ada suatu perbuatan yang keliru. Bapak Jiman menambahkan bahwa perlu untuk diadakan sarasehan.

Penuturan Bapak Landep sebagai staff administrasi kelurahan cukup untuk menambah dan menutup penuturan Bapak Jiman. Bapak Landep mengatakan bahwa sejak dulu memang tidak ada konflik, lalu jika ada masalah selalu pasti dimusyawarahkan baik-baik. Menurutnya kegiatan yang sepele namun mempertemukan dua umat beragama adalah arisan RT. Arisan RT bukan hanya arisan saja, namun juga sebagai forum saling bertukar pendapat antar warga. Bapak Landep lanjut menjelaskan, bahwa:

Karena apa didukung oleh pemerintah kelurahan, Pak RT, dan Pak RW saling berkoordinasi lembaga di kelurahan, Pak RT, sama Pak RW. Antarumat itu saling koordinasi saling menjaga, seingat saya yang masih berjalan sampai saat ini itu. Contohnya kemarin gereja yang ramai-ramai, dari pihak kelurahan perangkat kelurahan sama hansip, dari pihak lain BABINSA sama BHABINKAMTIBNAS itu saling berkoordinasi, saling menjagalah yang masih berjalan hingga saat ini

Upaya menjaga toleransi dan keharmonisan kehidupan beragama juga didukung oleh RT, RW, dan pihak kelurahan, Antarumat beragama saling berkoordinasi satu sama lain. Memang isu-isu perpecahan antarumat sering muncul di media sosial, namun untuk mencegah isu perpecahan itu ternyata pihak kelurahan sudah mempersiapkan strateginya, seperti yang diungkapkan oleh  Bapak Landep berikut ini:

Kalau dilihat dari media mas, karena disini sudah sering diberi pengarahan kalau ada pertemuan di kelurahan, kalau ada pertemuan RT/RW itu sama dihimbaui untuk hati-hati masalah melihat medsos, janagn diterima apa adanya. Kalau ada apa-apa Pak RT diberi pengarahan oleh pihak kelurahan untuk mejaga jangan sampai cepat diterima

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun