Mohon tunggu...
wahyu mada
wahyu mada Mohon Tunggu... Penulis - Pemuda dari Nganjuk yang ingin memandang dunia dari berbagai sudut pandang

Sejarah dadi piranti kanggo moco owah gingsire jaman (KRT Bambang Hadipuro)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar Toleransi dari Sejarah: Hubungan Antar Umat Beragama Pra dan Paska Didirikannya GPT Kristus Penolong

22 September 2021   15:01 Diperbarui: 22 September 2021   16:04 1207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Sukoco (Ketua RW III)

Masyarakat sekitar menerimannya dan tidak keberatan jika ada kegiatan ibadah disekitar lingkungan mereka, tercatat dalam dokumen arsip ada sekitar 10 kepala keluarga yang menandatangani persetujuan pendirian rumah ibadah. Hal ini berdasarkan arsip yang masih disimpan oleh Bapak Pendeta Yohanes Husodo (putra Bapak Pendeta Peterus Denny Hendro) tanggal 10 Juni 1977. Selang waktu 15 hari berikutnya, Bapak Pendeta Peterus Denny Hendro mengirimkan surat kepada Bapak Mulyono, yaitu lurah yang menjabat pada masa itu untuk didirikannya rumah ibadah di Desa Kedondong (pada saat itu belum menjadi kelurahan) pada tanggal 25 Juni 1977.

 Bapak Mulyono menyetujuinnya pendirian rumah ibadah ini. Rumah ibadah pada masa awal ini sifatnya tidak menetap karena hanya sementara terletak di kediaman Bapak Suradji. Baru tanggal 14 November 1978 resmi diadakannya kegiatan kebaktian, menurut penuturan Bapak Pendeta Yohanes Husodo. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa rumah Bapak Suradji tidak selamanya akan menjadi tempat diadakannya kegiatan kebaktian. Oleh karena itu atas permintaan masyarakat setempat dibangunlah gereja pada 1 Januari 1979 yang bernama Gereja Pantekosta Tabernakel Kristus Penolong Kelurahan Kedondong.

Berdasarkan penuturan Bapak Pendeta Yohanes, masyarakat Kelurahan Kedondong ini memiliki sifat yang terbuka, bahkan sebelum pendirian gereja tahun 1977. Mereka memiliki jiwa kebersamaan, toleransi, dan gotong royong dalam diri mereka. Demikian halnya yang dikatakan Bapak Sukoco, seorang Ketua RW III sekaligus saksi peristiwa sejarah ini mengatakan bahwa sejak beliau masih kecil masyarakat Kelurahan Kedondong menerima perbedaan yang datang dengan lapang dada dan tidak mempermasalahkannya, asalkan sesuatu yang hadir di Kedondong itu hal baik maka akan diterima masyarakat dengan lapang dada, tutur pria kelahiran tahun 1966 itu. 

Memang jika dilihat dari letak geografis, keberadaan gereja saat ini terletak ditengah-tengah pemukiman masyarakat Kelurahan Kedondong, bahkan saat ini sudah diapit oleh 3 musholla yang hanya berjarak beberapa meter saja. Selain itu, sifat terbuka dan toleransi juga ditunjukkan oleh beberapa hal yang telah disebutkan diatas, yaitu tidak keberatan akan didirikannya rumah ibadah disekitar tempat tinggal mereka, bahkan lurah saat itu juga menyetujuinnya dengan lapang dada. Ternyata dengan keterbukaan sifat masyarakat Desa Kedondong ini dapat mempermudah urusan duniawi kedepannya dan memiliki keharmonisan hidup sosial-masyarakat, utamanya dalam menjalin hubungan antar tetangga.

Sepanjang penulisan tulisan ini, sekiranya sangat cocok bila dilihat dari teori besar sosiologi, yaitu fungsionalisme struktural. Masyarakat harus mengatur hubungan saling ketergantungan diantara komponen-komponennya supaya bisa berfungsi secara maksimal (Raho, 2021: 74). Dalam studi kasus masyarakat Kelurahan Kedondong memang ada kaitan ketergantungan ini, contohnya seperti: masyarakat Kristen tidak bisa hidup tanpa masyarakat Islam karena mereka butuh perlindungan dan bantuan dari masyarakat Muslim yang lebih banyak jumlahnya dan masyarakat Islam mendapatkan imbalannya berupa bantuan material dan tenaga untuk berbagai kegiatan. 

Selain itu masyarakat Kristen juga turut membantu masuknya listrik di Desa Kedondong (sebelum menjadi kelurahan) yang juga digunakan untuk penerangan umat Islam di kelurahan ini juga. Apabila satu sistem ada yang tidak berjalan dengan baik, maka akan mengganggu sistem lainnya.

Toleransi Paska Dididirikannya Gereja

Rumah ibadah selesai dikerjakan dan umat Kristen dapat dengan bebas beribadah dan berdoa di gereja tanpa takut akan adanya ancaman dari pihak luar. Pada masa-masa ini saya kira belum muncul peristiwa unik dan menarik yang dapat dibahas menurut periode waktu atau tahunnya. Tapi memang paska didirikannya gereja ini kehidupan umat beragama di Kelurahan Kedondong memiliki pola peristiwa yang sama atau mirip hingga sampai nanti tahun 2020 ada sedikit halangan mengenai keharmonisan ini, yaitu awal-awal pandemi Covid-19 di Indonesia. 

Pola yang dimaksud disini adalah pola peristiwa hidup yang harmonis antarumat beragama. Dibawah ini akan dibahas mengenai kehidupan harmonis umat beragama di Kedondong tahun 1979 -- 2020, karena memiliki pola peristiwa yang sama setiap tahunnya, maka tidak dibuat menjadi bab-bab peristiwa khusus yang penting, kecuali tahun 2017 dan 2020.

Keharmonisan antarumat beragama ini didukung sendiri oleh masyarakat Kelurahan Kedondong sendiri, bukan hanya masyarakat biasa saja, melainkan juga didukung oleh pemerintah kelurahan setempat. Pandangan kehidupan masyarakat yang harmonis didorong oleh faktor internal, khususnya bagi umat Kristiani. Menurut penjabaran Bapak Yohanes, bahwa faktor dari dalam diri masyarakat Kristen menurutnya yang menjadikan sikap mereka terbuka karena Firman Tuhan.

Firman Tuhan bukan hanya didengar saja, namun harus diterapkan dan hal ini yang akan mendorong masyarakat memiliki empati dan simpati antarumat beragama

Itulah ungkapan bapak pendeta yang menggantikan pengabdian ayahnya pada Februari 2003 itu. Pedoman hidup masyarakat Kristen Kelurahan Kedondong seperti yang diungkapkan Bapak Pendeta Yohanes tadi sepertinya cukup melengkapi sumber arsip yang memperlihatkan orang-orang tua (sepuh) yang masih semangat beribadah ke gereja, walaupun mereka tahu fisik mereka untuk hadir ke gereja sudah tidak seperti zaman muda dulu. Harusnya inilah pelajaran bagi orang-orang muda secara umum, jangan mau kalah dari orang tua dalam semangat menggapai kehidupan akhirat yang lebih baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun