Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 64. Pertempuran Segitiga

27 Januari 2025   19:19 Diperbarui: 27 Januari 2025   19:19 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jangan banyak cakap. Majulah berbarengan. Agar aku lekas membereskan kalian." Jawab Sekar Arum.

"Jumawa. Sudah ribuan pendekar jadi tumbal di hutan ini. Kaupun akan mati di sini ." Jawab salah seorang pemuda kembar.

"Telah tiba saatnya kisah hantu hutan Bonggan berakhir. Agar kawula leluasa menyebrang hutan tanpa gangguan babi-babi hutan." Jawab Sekar Arum. "Bersiaplah. Kita pertaruhkan nyawa kita diujung senjata." Lanjutnya.

Sebentar kemudian terjadilah pertempuran  yang sengit dan seru. Sekar Arum tidak lagi mengendalikan dirinya, ia bangkitkan seluruh perbendaharaan ilmu yang tersimpan  dalam tubuhnya. Termasuk ajian garuda sakti warisan gurunya.

Sepasang pedang ditangannya tiba-tiba berputar kencang. Suara berdengung  terdengar dengan keras. Udara  disekitar nyapun ikut berputar,  menghamburkan semua benda layaknya tersapu  angin lesus.

Sebuah lengkingan terdengar dari mulutnya,  berbareng  dengan lompatan-lompatan kaki yang cepat mengitari lawan-lawannya yang agak kebingungan. Jika semula mereka yang mengepung,kini justru mereka  yang terkurung oleh bayangan yang bergerak cepat mengitarinya.

Sementara itu Naga Wulung juga tengah mengurung Demalung dengan sabetan-sabetan cambuknya. Awalnya hantu hutan Bonggan itu hanya tertawa-tawa saja terkena sabetan ujung cambuk. Karena sama sekali ia tak merasakan pengaruhnya atas kulit lelaki bertopeng babi hutan itu.

Namun lama-lama ia heran,  ujung cambuk itu mampu menembus ilmu kebalnya. Terbukti ujung cambuk bergerigi itu meninggalkan bekas warna merah pada kulitnya. Barulah ia sadar bahwa lawannya yang masih muda itu tak dapat diremehkan.

Itulah sebabnya manusia bertopeng babi hutan itupun meningkatkan ilmunya pula. Geraknya semakin lama semakin cepat dan kuat. Sambaran tangannya yang menggenggam gelang besi itupun kian mendebarkan. Pertanda dalam dirinya tersimpan tenaga dalam yang sangat besar.

Namun lawannya kini adalah Naga Wulung. Pemuda yang seolah dianugrahi keajaiban. Dalam waktu yang singkat ia mampu menggapai puncak ilmu cambuk nagageni yang dahsyat. Tidak heran jika pertempuran dua tokoh kian lama kian hebat.

Sementara itu pertempuran Sekar Arum dengan ketiga lawannya hampir mencapai puncaknya. Tiga tokoh gerombolan penyamun  semakin yakin bahwa mereka akan mampu menguasai gadis pendekar yang menjadi  lawan mereka bertiga. Sepasang pedang gadis itu  terbukti tak mampu melukai  kulit mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun