Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 64. Pertempuran Segitiga

27 Januari 2025   19:19 Diperbarui: 27 Januari 2025   19:19 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemuda kembar dan si cebol itu baru tahu posisi lawannya jika telah terdengar jerit menyayat salah seorang kawannya yang menjadi korban. Maka ketiganya buru-buru melompat kearah suara jeritan itu.

Betapa kecewanya ketiga pembantu Demalung setelah tiba diarena pembantaian kawannya. Mereka selalu terlambat melihat lawan yang dicarinya.

Demikianlah peristiwa seperti itu berulang kali terjadi, hingga membuat ketiga pembantu setia Demalung merasa amat jengkel. Ketiganya tak mampu memburu musuhnya yang hanya seorang perempuan itu diarena pertempuran yang tak begitu luas 

Sementara Demalung telah sampai di arena pertempuran pemimpin gerombolan pendatang baru di hutan Bonggan. Lawannya seorang pemuda bercambuk yang sangat perkasa. Sekali meledak cambuk di tangan pemuda itu selalu menjatuhkan korban, jika bukan anggota gerombolan baru itu juga anggota gerombolannya.

Demalung mengedarkan pandangannya ke sekeliling lingkaran pertempuran itu. Ternyata di sana terjadi pertempuran segitiga. Bukan pengawal saja yang menjadi musuh bersama, namun antar anggota dua gerombolan juga bertempur dengan serunya.

"Gila. Orang-orang bodoh." Maki Demalung.

"Anjing kerdil. Lepaskan lawanmu !!!" Teriak Demalung.

"Jangan menghinaku Demalung. Ia pasti tewas ditanganku." Teriak Ajak Wana dengan kerasnya.

"Kau tak mampu melawannya. Cambuknya mengingatkan aku kepada pendekar besar Medang Kamulan. Ia pasti murid Ki Kidang Gumelar yang telah membunuh guruku. Minggirlah, aku akan membalaskan dendam guruku." Kata Demalung.

"Bukankah yang membunuh gurumu adalah gurunya. Mengapa kau katakan balas dendam ?" Jawab Ajak Wana.

"Persetan kau. Minggir !!!" Teriak Demalung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun