Tidak seperti guru-guru beladiri lain, yang mengajarkan jurus-jurus kanuragan yang telah dimilikinya kepada sang murid. Namun biksuni Kalyana Padmi memamfaatkan gerak tari yang telah dipelajari dewi Kilisuci selama ini di istana.Â
Gerak-gerak tari itulah yang diubah bersama-sama dengan muridnya menjadi jurus-jurus beladiri. Disinilah otak Dewi Kilisuci diasah untuk bisa mencipta sendiri seni gerak ilmu kanuragan. Dengan demikian  ilmu gadis itu akan terus berkembang selama gadis itu mau mengasah terus otaknya untuk mencipta.
"Gerak apapun bisa jadi sarana bagi kita untuk membela diri. Setiap makluk dibekali oleh sang pencipta naluri mempertahankan hidup, tinggal bagaimana makluk itu mengembangkan naluri itu, agar mampu menghindar dari segala bahaya." Kata biksuni itu suatu saat.
Itulah sebabnya wanita buda itu pada awal latihan justru meminta kepada Dewi Kilisuci untuk memperagakan seni tari yang telah dikuasainya. Wanita buda itu akan urung mengajarkan ilmu beladiri jika Dewi Kilisuci tidak mau mempertontonkan keindahan seni tari itu terlebih dahulu.
Gadis yang awalnya semangat kepingin segera berlatih ilmu beladiri sebagaimana telah dipertontonkan oleh biksuni itu saat bertarung dengan Sekar Arum, tidak mengerti maksud biksuni Kalyana Padmi. Dengan ragu-ragu dan setengah hati ia melakukan permintaan sang biksuni.
Sekar Arum dan senopati Naga Wulungpun ikut menyaksikan hari pertama Dewi Kilisuci itu berguru kepada Biksuni Kalyana Padmi. Dua pendekar muda itupun bertanya-tanya dalam hati, kenapa biksuni itu tidak langsung mengajarkan jurus-jurus yang dimilikinya. Mereka juga melihat dewi Kilisuci agak kecewa dengan permintaan itu.
Meski demikian dewi Kilisuci menuruti permintaan biksuni. Ia pertontonkan salah satu tari yang disukainya, tari bondan. Meski tanpa perlengkapan payung, kendi dan golek yang seharusnya jadi pelengkap, namun ia gerakkan tari itu dari awal hingga akhir.
Nampak biksuni menyaksikan gerak tari itu sambil duduk bersila. Matanya tajam menyaksikan seluruh gerakan yang dimainkan oleh sang dewi. Seolah-olah mata itu berubah menjadi lensa yang merekam seluruh adegan gerak tari kedalam jaringan saraf diotaknya.
Apa yang menakjubkan adalah kejadian sesudahnya. Biksuni itu mempersilahkan dewi Kilisuci gantian duduk, untuk menyaksikan biksuni Kalyana Padmi menari, menirukan seluruh gerak tari bondan yang baru saja dimainkan oleh Dewi Kilisuci.
Betapa takjub hati gadis remaja itu, saat kedua matanya menyaksikan biksuni Kalyana Padmi menirukan seluruh gerakan tari bondan itu dengan gemulai dan luwesnya. Tidak kalah gemulai dan luwes sebagaimana yang ditarikan Dewi Kilisuci.
"Bukankah aku bisa menirukan seluruh gerakan tarimu ?" Kata biksuni Kalyana Padmi menanggapi tepuk tangan dan pujian dewi Kilisuci.