Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Bab 57. Galuh Sekar Tewas

17 November 2024   11:43 Diperbarui: 17 November 2024   13:27 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanpa pikir panjang senopati Narotama menarik pedang pusakanya. Sesaat ia diam sebentar, getaran ilmu dahsyat yang mengalir dari jantungnya merambat dengan cepat kepermukaan bilah pedangnya. Cahaya kuning gemerlapan memancar dari bilah pedang itu.

"Ciaaaaatttt" teriak senopati Narotama sambil menyabetkan pedang dengan gerakkan menyilang. Cahaya kuning melesat dari ujung pedang, seperti kilat menghantam dua orang yang masih terus memainkan busur dan anak panah. Namun kena hantaman cahaya kuning itu tiba-tiba tubuh dua orang itu meledak dan hancur berkeping-keping.

Peristiwa mengerikan itu tak berhenti sampai di situ. Bebatuan besar yang dipakai sebagai persembunyian tiga orang lainnya juga meledak dan hancur berantakan. Tiga orang bercawat yang berapa di belakang bebatuan itu terpental beberapa puluh tombak dan jatuh bergulingan di tanah. Bahkan beberapa pohon di sekitar tempat itu tiba-tiba juga roboh. Suaranya berderak-derak menakutkan.

Maha Dewi Panida yang bergulingan di tanah akibat terpental karena bebatuan di depannya meledak, meriut hatinya menyaksikan itu semua. Ia segera merunduk-runduk lari meninggalkan tempat itu. Setelah mendapatkan kudanya ia segera meloncat naik dan melarikan kudanya dengan kencang. Wanita itu tak peduli lagi apakah para pengawalnya selamat.

Sementara gethek yang ditumpangi pangeran kian merapat di pinggir sungai. Segera para prajurit mengangkat tubuh Gusti Ayu Galuh Sekar ke darat. Dengan bebeberapa lembar daun pisang sebagai alas, tubuh permaisuri pangeran Erlangga itu ditelentangkan. 

Ketika seorang tabib rombongan itu datang, dan meletakkan jarinya di leher permaisuri, lelaki tua geleng kepala.

"Ampun pangeran. Gusti Ayu Galuh Sekar sudah tak dapat ditolong lagi. Beliau telah wafat."  Kata tabib.

Suara itu terdengar pula di telinga Dewi Kilisuci. Tiba-tiba gadis itu menjerit. Setelah merangkul tubuh ibunya sebentar, gadis itupun jatuh tak sadarkan diri. Pingsan.

(Bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun