"Jika lima ratus prajurit dikerahkan untuk membuat gethek, dalam waktu singkat mereka akan bisa membuat lima puluh buah gethek. Dengan dua kali angkut gethek-gethek itu akan segera bisa menyebrangkan rombongan itu ke tepian sebelah utara. Kita bawa pasukan ini kesana." Kata Maha Dewi Panida.
"Apakah waktu kita cukup untuk mengejar mereka ?" Kata Yuyu Rumpung.
"Aku akan mendahului bersama empat pengawalku. Berkuda. Kebetulan kita berhasil merebut lima ekor kuda milik pasukan Giriwana." Jawab Maha Dewi Panida.
"Tidakkah itu berbahaya bagi Gusti Ayu ?" Tanya Yuyu Rumpung.
"Aku akan mengawasi saja pergerakan mereka dari jauh. Sambil menanti kedatangan pasukanmu. Mudah-mudahan kita tidak terlambat untuk menyergap mereka bersama-sama."
"Jika demikian alangkah baiknya Gusti Ayu membawa busur dan anak panah." Saran Yuyu Rumpung.
"Baik. Coba carikan senjata itu untukku. Syukur ada lima busur dan andong yang penuh anak panah." Kata Maha Dewi.
Yuyu Rumpung segera memerintah salah seorang prajuritnya untuk mencari busur dan anak-anak panah untuk melengkapi persenjataan Maha Dewi Panida. Setelah mendapatkannya segera wanita sangar itu mengajak para pengawalnya untuk mendahului bergerak agar bisa mengawasi sendiri pergerakan rombongan Pangeran Erlangga.
Enam orang segera mendahului perjalanan barisan orang-orang bercawat itu. Mereka melarikan kudanya dengan kencang seperti angin. Prajurit sandi berada di depan sebagai petunjuk jalan, di belakangnya Maha Dewi Panida. Baru kemudian dua pasang prajurit pengawal mengikutinya.
*****
Beberapa buah gethek telah berhasil dibuat oleh para prajurit. Sebagian telah dimasukkan ke sungai. Dengan seutas tali yang mereka buat dari kulit kayu, gethek-gethek itu terikat pada sebuah pathok bambu. Dengan demikian gethek-gethek itu tak hanyut terbawa arus.