Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Keris Brongot Setan Kober

28 September 2024   15:05 Diperbarui: 28 September 2024   16:01 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika Pangeran Benawa hendak beranjak dari tempat duduknya, Baginda Sultan mencegahnya untuk diam sebentar. Untuk merasakan sesuatu yang ganjil dengan keadaan malam itu.

"Jangan dulu keluar Benawa. Tidakkah kamu merasakan sesuatu keanehan dengan udara yang mengalir lembut malam ini ?"

Benawa kembali duduk pada posisi semula. Dengan meletakkan kedua tangan di dada ia segera melakukan meditasi. Seluruh inderanya yang tajam menangkap kejanggalan. Penciumannya menangkap bau wangi yang tidak biasa ia temui di istana. Kulitnya menangkap getaran lembut yang membuat nyaman. Pelupuk matanya terasa berat untuk dibuka.

"Ada aji sirep yang tajam menyerang istana Ayahanda." Kata Pangeran Benawa.

"Iya. Kau benar. Tapi periksa dulu para penjaga, apa mereka tertidur. Jika selesai lekaslah kemari, kita akan menerima tamu di bilik ini."

"Baiklah ayahanda, hamba periksa dulu para prajurit."

Pangeran Benawa segera berdiri dan melangkahkan kaki keluar bilik peraduan Baginda Sultan Hadiwijaya. Ternyata semua prajurit telah tertidur di tempat mereka berjaga. Pangeran Benawa diam-diam berkeliling ke tempat-tempat lain yang biasa dijaga prajurit. Namun di seluruh tempat penjagaan, semua prajuri telah kehilangan kesadaran, termakan oleh ilmu sirep yang tajam.

*******

Hujan belum reda. Bahkan angin terasa bertambah kencang. Suara bersiut terus menerus mengganggu telinga. Selang sebentar petir menyambar di langit, cahaya kilat yang terang, sekejab menerangi gelapnya malam.

Pada saat itulah, ketika cahaya kilat membelah gelap malam, pangeran Benawa melihat dua bayangan dengan ringannya melompat ke atas atap bangunan di mana Baginda Hadiwijaya beradu.  Tentu saja hatinya curiga, bahwa orang-orang tersebut ada hubungannya dengan sirep yang tersebar di istana. Mereka pasti berniat buruk terhadap Baginda Sultan.

Pangeran Benawa segera bergegas balik badan untuk kembali ke bilik peraduan ayahandanya. Dengan gesit dan cepat ia berlari lewat lorong istana menuju bilik Sultan. Ketika sampai di depan pintu, segera ia dorong pintu itu pelan, agar baginda tidak terkejut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun