"Selamat datang Adi Tumambong. Mari-mari masuk gubugku, jika ada sesuatu yang penting untuk dibicarakan." Kata Soma Gedeg sumringah.
Dyah Tumambong segera masuk rumah bambu itu. Ternyata ada tiga orang di dalam gubug itu. Mereka tengah menikmati tuak dan ayam bakar. Tiga orang itu bergegas berdiri dan membungkuk hormat kepada Dyah Tumambong.
"Mereka saudara kita sendiri Adi. Datang dari Lhodoyong, negeri kaum Bhairawa Tantra mendapat tempat yang sangat terhormat. Mereka datang untuk melihat pembangunan istana bagi para pengagum wangsa Isyana itu." Kata Sumo Gedeg.
"Oh, baiklah baiklah. Silahkan duduk. Aku hanya ingin berbincang sedikit dengan pemilik rumah." Kata Dyah Tumambong.
"Bolehkah kami ikut mendengarkan, sambil menikmati tuak dan daging ayam bakar ini ?" Kata salah seorang tamu dari Lhodoyong itu.
"Kalian adalah saudara kami, sesama penganut Bhairawa Tantra. Meski kalian bukan warga Giriwana, namun abdi setia penguasa Lhodoyong nan jauh di Tulung Agung sana." Kata Soma Gedeg.
"Kami bukan abdi setia Gusti Mahadewi Panuda, Soma Gedeg. Kami adalah kepercayaannya. Setiap tugas penting, berat dan berbahaya selalu dibebankan kepada kami." Kata tamu Soma Gedeg yang paling tua.
"Baiklah, baiklah, tuan-tuan. Kalian boleh mendengarkan. Ini persoalan yang akan kita hadapi bersama. Karena menyangkut kekuatan kelompok kita kelak di negeri yang akan didirikan Pangeran Erlangga." Kata Dyah Tumambong.
"Terima kasih Adi, kau memang punggawa yang bijak." Kata Soma Gedeg memuji.
Dyah Tumambong tersenyum. Tanpa sengaja ia bertemu dengan tokoh-tokoh sealiran yang bisa diajak kerjasama. Sejak dulu negeri-negeri yang ada diperintah oleh kaum penyembah Shiwa. Dharmawangsa raja Medang Kamulan orang Shiwa, namun aneh ia mengambil menantu keponakannya sendiri yang mengagungkan Wisnu. Jadi kelak kaum Shiwa dan Wisnu akan bersatu, untuk membangun kekuatan di negeri yang hendak didirikan Erlangga.
"Pagi ini, Erlangga pengagung Wisnu itu, mengangkat seorang anak muda bau kencur untuk menjadi senopati yang bertugas menjaga keamanan daerah selatan. Ia diperintah untuk menghimpun pemuda dan pemudi yang berminat menjadi prajurit, dan menggemblengnya agar kelak jadi prajurit tangguh. Diharapkan pasukan ini bisa menjadi pasukan khusus benteng utama kerajaan." Kata Dyah Tumambong.