Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 51 Tembang Tantangan

10 September 2024   14:51 Diperbarui: 10 September 2024   19:21 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

******

Tanpa sepengetahuan mereka yang tengah berbincang di bale Prabayeksa, seseorang menguping pembicaraan tersebut di balik tembok belakang bangunan itu. Seluruh isi perbincangan itu telah dipahaminya, bahwa pemuda yang berhasil mengembalikan pusaka kerajaan Medang yang hilang itu, mendapat anugrah pangkat sebagai senopati daerah selatan. 

Pemuda itu memperoleh tugas untuk membentuk pasukan khusus yang kelak akan jadi benteng utama kerajaan yang akan didirikan Pangeran Erlangga.

Lelaki itu benar-benar tidak senang, jika Pangeran Erlangga memberi kepercayaan yang besar kepada pemuda itu. Anak bau kencur itu sangat diragukan tingkat ilmunya. Keberhasilannya mengambil pusaka-pusaka yang hilang itu besar kemungkinan karena bantuan guru-gurunya, atau bahkan dibantu oleh Senopati Wira Manggala Pati, yang ternyata ayah anak muda itu.

"Aku harus membuat perhitungan dengannya. Pasti ia bukan dari kelompok Bhairawa Tantra. Barangkali penganut Shiwa, atau Wisnu. Pasti bukan pula dari golongan Kalacakra atau Durga. Semua petinggi harus dari Bhirawa Tantra, yang lain harus dihapus dengan cara apapun." Katanya dalam hati.

Lelaki itu dengan berjingkat meninggalkan tempatnya. Ketika hendak keluar lewat pintu belakang ia berpapasan dengan Kala Bajra. Anak muda itu heran melihat kelakuan Rakyan Dyah Tumambong, kepala punggawa dalam istana Giriwana itu.

"Aneh, kenapa paman berjalan berjingkat-jingkat ? Apakah di halaman bale Prabayeksa ada ularnya Paman." Tanya Kala Bajra.

"Hus, kamu anak kecil jangan ceriwis kaya perempuan." Katanya sembari ngeloyor pergi.

Kala Bajra geleng-geleng kepala memikirkan tingkah laku Dyah Tumambong. Ia meneruskan langkahnya membawa bumbung tuak yang sudah dicampur madu hutan untuk menjamu tamu Pangeran Erlangga.

Sementara Dyah Tumambong segera bergegas pulang ke pondoknya. Ia segera mengambil kudanya di kandang dan memacunya ke desa Jabong, untuk menemui salah seorang kepercayaannya, sesama penganut aliran Bhairawa Tantra. Sumo Gedeg.

Lelaki setengah umur yang kepalanya selalu bergerak-gerak itu menyambut kedatangan Dyah Tumambong yang telah turun dari kuda. Pasti ada sesuatu yang sangat penting punggawa dalam istana  Giriwana itu menemui dirinya. Pasti ia akan memberinya tugas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun