Setelah malam itu semua berkumpul, senopati menyampaikan pikirannya.
"Kita butuh telik sandi untuk mengamati setiap pergerakan lawan. Dibutuhkan beberapa orang untuk melakukan kerja yang cukup berbahaya ini. Setidaknya memiliki ilmu yang cukup, dan kecepatan lari yang tinggi untuk menghindar dari bahaya tertangkap musuh" kata senopati.
Beberapa pengawal menoleh memandang Sembada. Senopati segera tanggap, iapun segera bertanya kepada pemuda itu.
"Apakah kau sanggup menjalankan kerja mata-mata Sembada ?" Tanya Senopati.
"Sanggup ayah. Saya siap menjalankannya." Jawab Sembada.
"Di sini tidak ada ayah. Yang ada senopati yang mendapat tugas memimpin pertempuran ini."kata Senopati Wira Manggala Pati.
"Baik senopati. Saya siap." Jawab Sembada lagi. Semua yang hadir di balai kademangan tersenyum, mendengar percakapan ayah dan anak itu.
Namun tidak berselang lama, tiba-tiba semua orang dikejutkan oleh suara wanita dari deretan belakang. Semua sudah hafal suara siapa itu, pasti suara Sekar Arum.
"Saya juga siap ditugaskan sebagai mata-mata, membantu kakang Sembada."
"Ini kerja sangat berbahaya tuan puteri." Kata Senopati.
"Tidak ada tuan puteri di sini, yang ada prajurit dan senopati." Jawab Sekar Arum. Semua yang mendengar ucapan Sekar Arum tertawa.