Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Bab 28: Desa Balitar (Cersil STN)

10 Juni 2024   15:25 Diperbarui: 10 Juni 2024   15:35 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Silahkan minum."

Akhirnya Ki Ardi dan guru Sekar Arumpun masuk pula ke kedai.

"Sepertinya kalian bukan hanya saudara seperguruan. Tapi diam diam kalian saling mencintai." Kata Nyai Rukmini, guru Sekar Arum.

"Ahhh, guru." respon Sekar Arum nampak merah mukanya.

Orang-orang yang berkerumun menyaksikan pertempuran di halaman itu akhirnya bubar. Sebentar saja halaman itu telah sepi. Ki Ardi akhirnya usul, agar Sembada ikut dulu ke tempat mereka menginap.

Setelah Sekar Arum membayar makanan yang ia makan sebelum datang enam cantrik padepokan Lodhaya ke kedai itu, empat orang itu bergegas mengayunkan langkah menuju sebuah goa tempat persembunyian mereka.

"Tempat ini aman. Jauh dari padepokan Lodhaya. Juga jauh dari pemukiman penduduk. Dari sini kami pergantian melakukan pengamatan." Kata Ki Ardi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun