Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Bab 28: Desa Balitar (Cersil STN)

10 Juni 2024   15:25 Diperbarui: 10 Juni 2024   15:35 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apakah itu ?"

"Sorot mata Kakang Sembada seperti sorot mata harimau."

"Itu pertanda bahwa ia menyimpan daya sakti dalam tubuhnya"

"Itu bagi ayah. Bagiku tidak ayah, sorot mata itu akan selalu mengingatkanku pada riwayat kematian ibu. Tidakkah ayah ingat, ibu meninggal karena diterkam harimau.  Saat itu kami mengikuti ayah berdagang dan terpaksa berkemah di tengah hutan ? Seekor harimau mendatangi kita. Aku benar benar takut melihatnya. Mata hewan itu bercahaya, persis sorot mata kakang Sembada. Sebelum para pengawal bertindak, hewan itu dengan cepatnya beraksi, ia menerkam bunda. Meski harimau itu akhirnya mati, tapi bunda terlanjur luka parah. Beliaupun akhirnya meninggal. Itulah alasanku menolak pilihan ayah. Ia akan selalu mengingatkan tragedi kematian bunda." 

Ki Wangsa menundukkan kepala. Ia tidak mengira bahwa Gendis Manis memiliki pertimbangan yang rumit seperti itu. Namun ia tidak bisa menyalahkannya. Apalagi memaksakan kehendaknya kepada satu satunya putrinya itu.

Barangkali karena mendengar pandangan Gendis Manis, ketika esok paginya Sembada pamit hendak melanjutkan perjalanan, Ki Wangsa tidak menahannya. Gendis Manis ikut ayahnya mengantar Sembada hingga regol halaman.

"Terima kasih Ki Wangsa dan kau Gendis, atas semua pelayanannya selama ini."

"Baiklah Sembada, pangestuku semoga kau selamat."

"Jangan segan bertamu kesini lagi kakang. Aku tidak punya saudara. Kehadiran kakang seperti ketemu kakak bagiku."

"Demikian juga aku Gendis, kau seperti adikku."

Akhirnya mereka berpisah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun