Sembada berniat untuk ikut membantu upaya Pangeran Erlangga. Oleh karena itu tugas awal yang diembankan kepadanya akan ia upayakan sekuat tenaga bisa berhasil. Mengembalikan Songsong Tunggul Naga kembali ke pewarisnya. Meski nyawa jadi taruhannya.
Seluruh ilmu yang dapat mendukung upayanya itu akan ia tampung. Sebagaimana pesan ki Ardi, selalu menambah perbendaraan ilmu tanpa henti. Â Termasuk Aji Pameling yang akan diwariskan gurunya, ki Menjangan Gumringsing.
Sembada telah menyelesaikan puasanya. Di hari ketiga menjelang matahari tenggelam ia mencuci rambutnya yang panjang dengan abu merang padi ketan hitam. Sawung Kuninglah yang mencarikan merang atau batang padi ketan hitam yang telah kering itu.
Termasuk ubarampe sesaji sebagai pelengkap syarat pewarisan ilmu lainnya. Antara lain bunga tiga warna atau kembang telon, kinangan, setangkap pisang raja, dan dupa terbaik.
Saat sirep bocah, anak-anak kecil mulai tidur, semua sesaji telah tertata di sanggar pamujan. Sembada telah berada disana sesuai perintah gurunya. Sejak matahari tenggelam ia melakukan samadi.
Saat tengah malam, setelah sirep wong dan kekayon, gurunya masuk sanggar. Ia tersenyum melihat Sembada masih khusyuk samadi. Untuk menghentikannya ia berdehem tiga kali.
Sembada menghentikan semadinya. Sebentar kemudian acara pewarisan Aji Pameling dimulai. Dupa dinyalakan, mereka berdua melakukan puja bersama. Dengan dua tangan terkuncup di atas kepala mereka melakukan sembah mustaka, sembah untuk Hyang Widhi. Â Dengan doa mohon kelancaran dan tanpa gangguan dalam proses pewarisan ilmu mereka.
Setelah berdoa barulah mereka berhadapan. Ki Menjangan Gumringsing memberi wejangan kepada Sembada agar semua ilmu yang ia wariskan dipergunakan untuk tujuan tujuan yang baik dan mulia, dan dibenarkan oleh ajaran yang menjadi keyakinan mereka.
Barulah setelah itu mantra aji pameling dibisikkan ke telinga kanan Sembada tiga kali. Sembada yang pernah pisah raga dan sukma, daya ingatnya sangat kuat dan tajam. Maka mantra itu segera dapat diserap dan diingatnya dengan kuat, bahkan kata demi kata seolah telah menempel di dinding hatinya.
Setelah selesai gurunya mencium kening Sembada.
"Pangestuku untukmu anakku. Gunakan ilmumu sebaik-baiknya. Tegakkan kebenaran dan keadilan di muka bumi ini"