Saat matahari telah mencapai puncak rombongan itu telah keluar dari hutan Waringin Soban yang telah menelan sebagian dari anggota rombongan itu dalam pelukannya. Â Semuanya tak dapat dihindari, karena hanya sampai disitulah kemampuan mereka mempertahankan diri. Â Musuh terlalu kuat bagi mereka. Â Tiga orang korban mereka anggap sebagai keberuntungan karena pertolongan pendekar bercambuk murid pendekar legendaris yang lama telah mereka dengar. Â
Mendekati tempat penyebrangan di sungai Brantas mereka berhenti di warung pinggir jalan. Â Sembada menolak ikut masuk ke warung itu karena ia akan melanjutkan perjalanan agar cepat sampai ke padepokan. Â Ia ingin segera bertemu dengan gurunya untuk melaporkan hasil tugas yang dibebankan padanya. Â Semua anggota rombongan sedikit kecewa, namun mereka tak dapat menghalangi Sembada untuk mendahului perjalanan.
Ketika semua anggota rombongan itu masuk ke dai Sembada segera meloncat kepunggung kudanya. Â Ia hela hewan itu turun mendekati tempat penyebrangan sungai brantas yang lebar itu.
Dua kali ia menyebrang sungai itu. Â Tak ada sesuatu yang menarik perhatiannya di sana. Â Ketika rakit yang dinaikinya telah sampai di seberang segera ia membayar. Â Kemudian bergegas melarikan kudanya meninggalkan tempat yang cukup ramai itu. Â Kuda yang ia bawa adalah kuda yang sangat bagus. Â Larinyapun cepat sekali. Â Maka sebentar saja Sembada telah mampu menempuh perjalanan ribuan depa dari tempat penyebrangan.
Namun sebenarnya ada seseorang yang memperhatikan kuda itu dari kejauhan ketika ia keluar dari tempat penyebrangan. Â Orang itu segera menemui teman-temannya dan mengajak teman-temannya itu untuk mengejar seekor kuda bagus yang tunggangi oleh seorang anak muda kebanyakan.
"Benarkah yang naik kuda itu pemuda desa biasa, bukan prajurit atau seorang pendekar ?"
"Aku yakin ia anak desa biasa. Â Anak saudagar yang kaya barangkali. Â Sehingga memiliki kuda yang sangat bagus seperti itu. Â Nilai kuda itu dua atau tiga ekor kuda kita."
"Jika demikian mari kita kejar. Â Mudah-mudahan anak itu tidak terlalu cepat melarikan kudanya. Â Sehingga kita bisa mendapatkannya di galuh atau desa sebelah baratnya."
Maka sejenak kemudian melesat tiga orang berkuda dari tempat penyebrangan itu. Â Mereka bertujuan mengejar Sembada yang telah lama lewat. Â Tiga kuda berlari kencang, di atasnya tiga lelaki berteriak-teriak menghela hewan itu. Â Namun sampai beberapa lama mereka belum juga melihat seorangpun berkuda di depan mereka.
Tentu sajak tiga orang itu kehilangan buruannya. Karena Sembada sebelum masuk desa Galuh ia belokkan kudanya ke kampung kecil di mana ibu temannya tinggal. Tiga orang itu melanjutkan pengejarannya hingga beberapa desa di sebelah barat bekas kota raja Medang itu.
Sementara Sembada telah sampai di depan rumah Mbok Kanthi, ibu Waskita, temannya semasa kecil. Nampak seorang wanita yang tersenyum melihatnya saat ia turun dari kuda.