Dari jauh Sembada mengawasi Sekarsari. Pandangannya yang tajam dapat menangkap setiap gerakan gadis itu saat sudah bangun.
Sekarsari kelihatan bengong sesaat, menoleh kesana kemari ingin tahu di mana ia berada. Setelah tahu ia di ruang alam terbuka segera ia mengamati dirinya. Ia baru sadar bahwa dirinya telanjang bulat. Ia nampak panik dan mencari cari bajunya. Setelah tahu dimana bajunya berada ia segera meraihnya, dan terburu buru mengenakannya.
Hatinya terisi perasaan campur aduk. Marah, kesal, malu dan takut. Ia marah karena sudah dihina musuhnya. Kesal karena tidak mampu berbuat untuk melampiaskan amarahnya,. Juga malu karena ia telah ditelanjangi oleh lawannya, dan takut keperawanannya telah hilang.
"Setan laknat, kalau ketemu kau akan aku habisi. " geramnya.
Sembada hanya tertawa kecil dan tersenyum senyum menyaksikan pemandangan itu. Ia menganggapnya sangat lucu.
Saking tak kuatnya menahan tawa, sembadapun melepas tawanya agak keras. Suara itu terdengar telinga Sekarsari, gadis itu menengok kearahnya.
"Hai syetan belang kemarilah, akan aku hajar kau." Katanya
"Apakah kau ingin kutelanjangi lagi, dan kupetik keperawananmu ?" Jawab Sembada.
Sekarsari tak mampu menahan marah, ia segera berkelebat lari kearah lelaki yang telah mempermalukannya. Ketika sudah berhadapan ia segera melabraknya dengan serangan serangan berbahaya.
Sembada terkejut sesaat dilanda serangan serangan berbahaya. Namun ilmunya yang tinggi ia mampu menempatkan diri dengan baik. Semua serangan Sekarsari menemui ruang hampa. Karena Sembada mampu menghindarinya.
Pertempuran itu kian lama kian sengit. Meski Sembada tak bersenjata, sementara Sekarsari menyerangnya dengan pedang, namun tak segorespun pedang itu menyentuh tubuh Sembada.
Sekarsari meningkatkan tenaga cadangan dalam dirinya hingga tuntas, geraknya kian keras cepat dan gesit. Pedangnya seperti baling baling menyambar nyambar, namun dengan ilmu peringan tubuhnya Sembada selalu bisa melepaskan diri dari bahaya.