Sembada mengurut bagian lutut yang cedera itu beberapa saat, sambil menyalurkan getaran tenaga sakti dari jantungnya.
Setelah menggerak gerakkan kaki itu beberapa saat, dan tak terdengar suara sedikitpun dari lutut itu, sembada kemudian meletakkan kaki gadis itu ke tanah.
Ia merenungi sekujur tubuh itu sesaat, dengan totokkannya gadis itu nampak tertidur lelap.
Ia menoleh kekanan dan kekiri, serta mempertajam pendengarannya untuk menangkap suara nafas orang lain yang barangkali ada di sekitar itu. Namun tak terdengar desah apapun yang ia tangkap.
"Tak ada orang. Sepi." Bisiknya.
Kemudian Sembada memandang tubuh yang terbujur diam di depannya. Nampak gundukan dua benda di dada itu yang bergerak gerak naik turun secara teratur, bersamaan dengan keluar masuknya nafas dari hidung gadis itu.
Sembada sedikit bergetar hatinya, ia pejamkan mata sebentar dan menggigit bibirnya. Ia buang bayangan pikiran yang dapat mengotori hatinya.
Ia lantas membuka pakaian gadis itu, sampai telanjang bulat. Setelah meletakkan pakaian gadis itu di sampingnya ia duduk bersila disisi tubuh yang putih mulus kulitnya itu. Meski malam hanya diterangi sinar bintang di langit namun mata Sembada dapat menangkap semua keindahan di depannya. Akan tetapi mata hatinya telah ia tutup agar tidak terpengaruh oleh keindahan yang menggoda itu.
Sejenak kemudian Sembada telah menyalurkan tenaga saktinya untuk mengatur urat nadi gadis itu.
Dengan merasakan sentuhan aura gadis itu, Sembada tahu bagian bagian mana yang perlu diperbaiki. Kerja itu ternyata membutuhkan tenaga yang cukup besar, keringat Sembada seperti terkuras habis.
Setelah dianggapnya cukup Sembada segera berdiri, dan meninggalkan gadis itu dalam kondisi telanjang bulat tergeletak di tanah. Ia tahu sebentar lagi gadis itu pasti segera bangun dari tidur pulasnya.