Dengan cepat Sekarsari mengejarnya, dan sekali lagi ia menusukkan pedang. Lelaki tidak bergerak menghindar, namun menangkap bilah pedang itu dengan kedua tangannya. Sekarsari menarik pedang itu namun tenaganya tak mampu melawan jepitan tangan lelaki itu pada bilah pedangnya. Sekarsari lantas menggerakkan kakinya menghantam lambung lelaki itu.
Buuukk
Terdengar bunyi benturan antara kaki Sekarsari dengan lambung lelaki itu. Namun betapa terkejutnya Sekarsari, lambung itu terasa betapa kerasnya. Ia merasa seolah menghantam batu hitam yang keras sekali.
Sekarsari menjerit keras, badannya terpental beberapa depa ke belakang. Pedangnya terlepas dan kini dalam genggaman lelaki itu.
Sekarsari jatuh di atas tanah, ia berguling guling menahan sakit pada kakinya.
"Ahhhh sakit, sakit....." erang Sekarsari.
Sembada segera meloncat mendekati Sekarsari. Setelah meletakkan pedang gadis itu di tanah, Sembada berjongkok di samping gadis yang menggeliat geliat kesakitan itu.
Ia sentuh salah satu urat dileher bagian belakang gadis itu, dan memijatnya beberapa saat. Nampak Sekarsari tiba tiba lemas dan kehilangan kesadaran.
Kemudian sembada memperhatikan kaki kanan gadis itu, merabanya dari ujung jari kaki keatas hingga lututnya. Nampak pada lutut itu benjolan yang besar. Sepertinya engselnya sedikit mengalami cedera. Karena tidak mampu menahan benturan dengan lambungnya yang ia isi tenaga dalam, engsel lutut Sekarsari lepas dari mangkoknya, hingga dari luar kelihatan benjolan yang besar.
Sembada menahan paha Sekarsari dengan tangan kirinya, dan menarik lengan kaki gadis itu dengan tangan kanan. Terdengar suara keras ketika engsel tulang itu kembali kemangkoknya.
Kraaaakkk