"Aku di sini. Sejak tadi aku di belakangmu Gadis sombong."
Sekarsari membalikkan badannya. Ia kaget betapa orang itu sangat dekat dengannya, namun ia tidak menyadari keberadaannya.
"Nah sekarang kau mau apa ?" Tanya lelaki bercadar itu.
"Kita bertarung !!!" Kata Sekarsari mantap.
"Siapa takut. Jangan menyesal jika kau terkapar di sini dan kehilangan keperawananmu. Besok kau pulang setelah kegadisanmu aku renggut."
Sekarsari merinding bulu kulitnya. Ia sadar telah terpancing oleh lelaki itu jauh dari kademangan.
Kini ia menyadari bahwa dirinya terlalu dikendalikan oleh emosi, tanpa dibarengi penalaran yang panjang.
Namun nasi telah menjadi bubur. Ia kini tinggal mengandalkan kepada ilmunya semata, tidak ada harapan untuk mendapat bantuan dari siapapun. Ia segera mencabut pedangnya, dan bersiap untuk bertempur.
"Hahahaha gadis yang malang. Sebentar lagi kau tidak perawan lagi."
Betapa marahnya Sekarsari mendengar perkataan itu. Ia lantas meloncat menerjang lelaki di depannya itu dengan pedang menjulur lurus ke arah dada.
Lelaki itu berkelit memiringkan tubuhnya. Pedang Sekarsari lewat sejengkal dari kulit dada lelaki itu. Ia lantas membabatkan pedangnya ke samping, menyasar ke perut lawan. Namun lelaki itu melenting tinggi sekali ke belakang.