"Mangga ngger. Â Tumben datang ke rumah simbok. Â Njanur gunung kadingaren."
"Iya Mbok. Â Saya ingin berkenalan dengan anak Simbok. Â Apakah ada di rumah ?"
"Wooo pingin kenal anakku ta ? Â Sembada lagi pergi ke sungai. Â Baru saja berangkat. Â Katanya ingin cari ikan yang banyak agar simbok besuk bisa jualan ikan di pasar."
"Ke sungai Mbok..?"
"Iya, aneh-aneh saja anak itu. Â Pagi-pagi pergi ke pasar beli kepis dan jala. Â Sore ini ia cari ikan di sungai Serinjing."
Sambaya dan Kartika berpandangan sejenak. Â Mereka tidak pernah melihat pemuda Majalegi yang memiliki kebiasaan seperti itu. Â Mencari ikan di sungai untuk dijual sebagai tambahan penghasilan simboknya.
"Baiklah Mbok Akan kami cari dia di sungai, pasti nanti ketemu."
"Ohh iya ngger. Â Silahkan..."
Kartika dan Sambaya kemudian pamit, mereka berdua berjalan menuju sungai yang tidak jauh dari rumah Mbok Darmi.
Ketika mereka sudah sampai dan menengok ke kanan dan kekiri mengamati sepanjang sungai itu, mereka melihat seorang pemuda yang tengah meloncat-loncat di atas batu di sungai itu dengan lincahnya.
"Lihat pasti dia. Â Tangan memegang jala, dipinggangnya tergantung sebuah kepis. Â Tongkat bambunya selalu dibawanya kemanapun pergi, dengan seutas tali yang terikat diujung-ujungnya ia menyelempangkan di punggung."