Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 7. Hutan Waringin Soban

19 Maret 2024   16:55 Diperbarui: 3 September 2024   14:06 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar dokpri

Sambil bertempur Gagak Ijo mengamati anak buahnya. Keadaannya memang cukup mengkhawatirkan.  Maka segera terdengar suitan yang panjang.

Pemuda pendek dan gadis itu mengira musuhnya akan melarikan diri lagi.  Namun ternyata suitan panjang itu isyarat Gagak Ijo memanggil kawan-kawannya.  Sebentar kemudian dari balik semak-semak bermunculan beberapa orang, lebih dari sepuluh. Mereka segera menceburkan diri dalam arena pertempuran.

Kini situasinya berbalik.  Para pengawal kademangan itu yang sekarang keteteran.  Masing-masing harus melawan dua orang sekaligus.

Pemuda pendek itu sangat marah, pedang besar di tangannya segera bergerak dengan cepatnya menyerang Gagak Ijo. Namun kemampuan Gagak Ijo memang cukup tinggi, serangan-serangan pemuda itu dapat dihindari bahkan ditepis untuk tidak melukai dirinya.

"Hahaha kau sudah mulai gila anak muda.  Sebentar lagi kalian akan mampus di sini.  Mayat kalian akan jadi rebutan anjing-anjing liar."  Kata Gagak Ijo menyakitkan hati.

"Pertempuran belum selesai. " saut pemuda itu.

"Memang belum selesai.  Tetapi akhir pertempuran sudah bisa diramalkan."

Para pengawal dengan sekuat tenaga dan kemampuan mereka berusaha mempertahankan diri dari serangan-serangan lawan yang membeludag seperti banjir.  Teriakan-teriakan, makian silih berganti terdengar bersama denting senjata yang beradu.
Luka dan darah sudah mewarnai kulit dan baju para pengawal.

Namun semangat mereka bertahan benar-benar mengagumkan. Mereka berjuang terus sambil mencari cara bertempur yang menguntungkan.  Kadang berlari-lari, kemudian berlindung di balik pohon, tapi ketika lawannya lengah mereka menyerang dengan dahsyatnya.

"Setan alas, licik. Kalian bertempur seperti perempuan."

"Kalian juga main keroyok.  Hadapi kami satu melawan satu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun