Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Bab 5 Menyebrang Sungai Brantas

18 Maret 2024   12:16 Diperbarui: 29 Agustus 2024   19:04 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar dokpri

Desa itu banyak sekali orang membuka usaha jual makanan. Di mana-mana ada warung yang hampir semuanya ramai.  Pedati dan kuda nampak berhenti di jalan depan warung.  Rupanya desa itu merupakan tempat pemberhentian para pedagang, untuk sekedar melepas lelah sebelum meneruskan perjalanan, atau menginap di sana untuk besoknya berjualan di pasar.

Nama desa itu adalah Desa Bandar.  Dari namanya pastilah desa itu sudah dekat dengan tempat penyebrangan di Sungai Brantas. Sembada melangkahkan kakinya, tidak ada keinginan hatinya untuk singgah di desa itu.  Ia akan segera menyebrang saja sungai itu mumpung hari masih siang.

Ternyata di tempat penyebrangan ramai sekali orang. Sementara gethek sebagai alat penyebrangan jumlahnya terbatas.  Mereka yang menunggu antrian sempat duduk-duduk di atas pasir tepian sungai.

Dua gethek diisi beberapa kuda beserta pemiliknya. Sebenarnya tukang satangnya agak keberatan membebani dua getheknya masing-masing dengan enam ekor kuda.  Namun pemilik kuda tidak sabar menunggu gethek lain dari seberang.

"Nggak apa-apa.  Coba saja, pasti tidak terjadi kecelakaan.  Selisih bebannya tidak banyak"

"Ini terlalu berat tuan.  Kami harus menguras tenaga untuk menyatanginya."

"Namanya kerja ya berat.  Sudah !  Berangkat saja."

"Kalau begitu jaga kuda-kuda tuan jangan bergerak-gerak."

"Baik.  Akan kami jaga. "

Pemuda gemuk pemimpin rombongan orang berkuda itu segera memerintahkan kepada  anak buahnya untuk menjaga kuda masing-masing.

Nampak dalam rombongan itu seorang gadis berambut panjang. Di pinggangnya menggantung sebilah pedang.  Ia selalu berdiri dekat pemuda berbadan gemuk itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun