Hingga beberapa lama berjalan mereka melihat cahaya dari depan. Nampak sebuah pintu goa yang sudah kelihatan dari jauh. Â Mereka bergegas mengayun langkah, hingga sampai di depan pintu itu.
"Aku mengantarmu sampai di sini saja Sembada. Â Jangan lupa pesanku, jangan sembarangan kau perlihatkan ilmumu. Â Lebih baik berperilaku seperti orang bodoh saja, biar terhindar dari orang-orang yang ingin mencoba ketinggian ilmu yang telah kau capai." Pesannya
"Baik Ki Ardi.  Semua pesan Ki Ardi akan saya  junjung tinggi." Jawab Sembada dengan takzim.
"Cambukmu jangan sampai jatuh ke tangan orang lain. Â Itu pusaka perguruan. Â Lebih baik kau lingkarkan saja dipinggangmu, agar tidak diketahui orang lain. Apa sebenarnya tugas yang kau emban dari gurumu ?"
"Saya ditugaskan untuk mencari saudara kembar adik seperguruan saya. Â Konon kabarnya ia dibawa oleh adik seperguruan ayahnya, seorang demang di sebelah timur Sungai Brantas."
"Siapakah nama ayah anak itu ?" Tanya kakek itu.
"Tumenggung Gajah Alit yang kabarnya mati terbunuh di medan pertempuran ketika kerajaan Medang diserbu musuh " jawab Sembada.
"Tumenggung Gajah Alit ? Â Apakah anak kembar itu semua perempuan ?" Tanya kakek itu lagi.
"Benar Ki.  Adik seperguruanku seorang gadis.  Bernama Sekar Arum.  Saudara kembarnya bernama Sekar Sari. Sekar Arum sekarang tinggal bersama guruku di padepokan Cemara Sewu, bersama ibunya." Jawab Sembada.
"Aku kenal dengan Tumenggung Gajah Alit. Â Namun aku dengar ia tidak mati. Â Sama seperti gurumu yang berhasil melarikan diri, dan mengubah namanya menjadi Ajar Cemara Sewu, Tumenggung Gajah Alit kemungkinan besar juga menyembunyikan diri. Â Musuh terlalu kuat untuk dihadapi pada waktu itu." Jelas kakek itu.
"Siapakah Demang Mojoduwur itu Ki ?" Tanya Sembada.