Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Bab 5 Menyebrang Sungai Brantas

18 Maret 2024   12:16 Diperbarui: 29 Agustus 2024   19:04 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hahaha, bagus bagus hebat sekali. Namun sebenarnya kau tidak perlu mendekati batu itu, dari jauhpun tenaga saktimu dapat kau lontarkan.  Akibatnya akan sama saja, batu itu pasti hancur."

Kakek itu mengawasi Sembada sesaat, dalam hatinya tumbuh rasa senang dan bangga. Iapun merasa telah menunaikan tugas gurunya untuk mencari dan menentukan siapa calon penerusnya, yang akan mewarisi ilmu cambuk Naga Geni dan Aji Tapak Naga Angkasa.

"Selanjutnya kau sendiri yang harus mengasah ilmumu itu, anak muda. Tugasku telah selesai. Nah anak muda tiba waktunya kau harus pergi dari sini.  Sudah cukup kau di sini, dan melanjutkan tugas yang dibebankan kepundakmu oleh gurumu, Menjangan Gumringsing. " kata kakek itu.

"Ya kek.  Terima kasih saya ucapkan kepada kakek,  Telah memberi kesempatan kepadaku mempelajari ilmu yang sangat istimewa ini." Jawab Sembada.

"Bukan aku yang memberimu kesempatan.  Berterima kasihlah kepada Hyang Widhi, dialah yang memilihmu untuk mengemban tugas yang berat kelak.  Siapa namamu anak muda ?  Sejak bertemu aku belum kenal namamu." Tanya Ki Ardi.

"Namaku Sembada kek. " Jawab Sembada.

"Sembada ?  Hahaha nama yang bagus.  Sesuai dengan doa orang tuamu, kaupun orang yang sembada.  Mampu melakukan hal besar, dalam sebulan saja telah kau kuasai Ilmu yang sangat dahsyat." Puji kakek itu.

Sembada membungkukkan badannya memberi hormat.  Ia lantas hendak berjalan lewat pintu yang tertutup oleh reruntuhan batu. Namun kakek itu mencegahnya.

"Jangan lewat sana.  Meski dengan lecutan cambukmu kau bisa membuka tutup goa itu, namun biarlah bebatuan itu sementara tetap berada di sana.  Agar goa ini aman.  Ikutlah aku lewat pintu lain"

Kakek itu kemudian berjalan ke arah ceruk.  Setelah ia memegang salah satu batu di dinding ceruk itu, maka setumpuk kayu diceruk itu semua bergerak. ternyata di bawahnya terdapat lubang rahasia. Kakek dan pemuda itu berjalan keluar goa lewat lubang itu.

Jalan di goa itu cukup gelap.  Namun kedua orang yang berilmu tinggi itu merasa tidak kesulitan melalui jalan itu. Mata mereka cukup tajam untuk menghindari padas atau bebatuan yang terdapat di sepanjang jalan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun