Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 1. Awal Perjalanan

14 Maret 2024   15:53 Diperbarui: 27 Agustus 2024   09:54 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

AWAL PERJALANAN

(Karya Wahyudi Nugroho)

Istana dan rumah-rumah punggawa kerajaan Medang terbakar. Api berkobar menjilat angkasa.  Asap hitam bergulung-gulung membelah langit.  Mendung yang hitam semakin legam. Gelap-gulita.

Semua pasukan dari kerajaan Wura-wari, Wengker dan Sriwijaya bersorak.  Mereka mengacung-acungkan senjata  menuding langit sambil bersorak-sorak dan berlonjak-lonjak gembira. Keinginan mereka menghancurkan kerajaan Medang Kamulan tercapai sudah.

Itulah puncak peristiwa tragis yang terjadi di negeri Mataram kuno di Jawa Timur itu.  Wangsa Isyana ditumpas habis oleh musuhnya.  Mereka yang masih hidup terbirit-birit melarikan diri. Bersembunyi di hutan belantara.

Kini rakyat Desa Galuh hanya bisa mengenang masa kejayaan kerajaan itu.  Hari-harinya tidak lagi diwarnai senyum dan tawa seperti dulu. Namun  rasa khawatir selalu terpendam di dada.   Setiap saat bisa saja terjadi bencana yang melanda kehidupan mereka.

Tak ada lagi yang bisa diharapkan jadi pelindung, menjaga keselamatan mereka, dari tangan-tangan para pemegang kekuasaan baru yang masih curiga terhadap kesetiaan rakyat.
Berandal dan kecu bersengkokol dengan para punggawa untuk menguras harta rakyat atau merebut apapun yang dianggap berharga.

Tujuh tahun telah berlalu, sejak peristiwa itu terjadi.  Namun keadaan hidup rakyat belum dapat pulih kembali.  Mata pencaharian sulit didapat, kemiskinan merajalela.

Dalam situasi yang memrihatinkan itulah, seorang pemuda berbadan tegap dan kekar berisi, berjalan mengelilingi desa Galuh, bekas kotapraja negeri Medang yang kesohor itu

Berulang kali ia berhenti untuk menyaksikan bekas-bekas bangunan yang dulu dikenalnya berdiri megah.  Namun bangunan-bangunan itu kini tinggal puing-puing berserakan, menjadi onggokan kayu dan batu yang telah ditumbuhi lumut dan tanaman liar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun