"Ya kenal Lee. Â Wirapati jika tidak salah anaknya hanya seorang. Beberapa bulan sebelum terjadi bencana di kotaraja anak itu diungsikan. Mungkin mereka takut karena jika terjadi bencana, setelah mendengar Songsong Tunggul Naga hilang dari istana." Jelasnya panjang.
"Benar Mbok, akulah anaknya."
"Apakah kau Sembada, teman Waskita anakku."
"Simbok ibunya Waskita ?"
"Iya Lee, Â Aku ibunya Waskita. "
Namun sejenak kemudian simbok itu menundukkan kepala. Nampak air mata meleleh di pipinya. Ia menangis.
"Waskita dan ayahnya ikut jadi korban bencana nggerrr"
Sembada mengangguk-anggukkan kepala pelan. Â Tiba-tiba tenggorokannya seperti tersumbat. Â Ia terharu mendengar kisah simbok bakul yang kehilangan keluarganya itu. Â Sembada lantas mengambil kendi dan meminumnya.
"Aku juga kehilangan simbokku dan ayahku Mbok. Â Sejak peristiwa pralaya itu tak pernah mereka menjengukku di pedepokan. Akupun tidak tahu kabar beritanya kemudian. Â Apakah mereka masih hidup apa tidak."
Beberapa lama setelah menghabiskan nasinya, dan meminum wedang serenya, Sembada masih bercakap-cakap dengan simbok bakul itu. Â Ia lupa-lupa ingat nama simbok temannya itu. Daripada salah menyebutnya Sembada segera bertanya.
"Oya Mbok, aku agak lupa nama Simbok."