Konon, di kalangan masyarakat mistis Jawa, akhir hayat tokoh ini telah dinubuatkan. Â Beberapa ratus tahun sebelumnya, seorang raja dari Kediri, Sri Aji Jayabaya, sudah meramal :
"Menungsa Jawa mengku ratu. Titikane nganggo kethu bengi, pengapesane wanodya ngiwi-iwi. Jejuluke sarwa agung edi."
Akan tetapi.
"Apes mungsuh syetan gundul, thuyul ambregudul, bocah cilik pating pendelik, ngubengi omah sorak-sorak kaya nggusah pitik."
Dan ia kemudianÂ
"Atine dadi cilik. Ngundamana bala sabrang sing doyan asu."
Akhirnya dia
"Mati tan kena mimis. Nanging cures ludhes merga lemes. Kentekan bayu priyangga. Sinendhal sinambi miring "
Jasadnya tidak dimakamkan sesuai dengan amanatnya, di bawah pohon yang rindang. Namun dikebumikan di tempat yang sangat jauh dari pusat hingar bingar politik negeri ini.
Jelas itu bukan hasil musyawarah keluarga, tapi  inisiatif dan keputusan politik penguasa baru saat itu.  Agar "ratu anyar atine ayem"
Dalam diam. Â Karena terhimpit ketakutan, rakyat menangis. Mengantar kepulangannya ke rahmatullah.