Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bung Karno, Pahlawanku

10 Maret 2024   09:00 Diperbarui: 22 Maret 2024   13:05 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konon, di kalangan masyarakat mistis Jawa, akhir hayat tokoh ini telah dinubuatkan.  Beberapa ratus tahun sebelumnya, seorang raja dari Kediri, Sri Aji Jayabaya, sudah meramal :

"Menungsa Jawa mengku ratu. Titikane nganggo kethu bengi, pengapesane wanodya ngiwi-iwi. Jejuluke sarwa agung edi."

Akan tetapi.

"Apes mungsuh syetan gundul, thuyul ambregudul, bocah cilik pating pendelik, ngubengi omah sorak-sorak kaya nggusah pitik."

Dan ia kemudian 

"Atine dadi cilik. Ngundamana bala sabrang sing doyan asu."

Akhirnya dia

"Mati tan kena mimis. Nanging cures ludhes merga lemes. Kentekan bayu priyangga. Sinendhal sinambi miring "

Jasadnya tidak dimakamkan sesuai dengan amanatnya, di bawah pohon yang rindang. Namun dikebumikan di tempat yang sangat jauh dari pusat hingar bingar politik negeri ini.

Jelas itu bukan hasil musyawarah keluarga, tapi  inisiatif dan keputusan politik penguasa baru saat itu.  Agar "ratu anyar atine ayem"

Dalam diam.  Karena terhimpit ketakutan, rakyat menangis. Mengantar kepulangannya ke rahmatullah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun