Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bung Karno, Pahlawanku

10 Maret 2024   09:00 Diperbarui: 22 Maret 2024   13:05 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti matahari sebagai pencerah, sumber energi bagi seluruh kehidupan, api semangat pidato pidatonya menerangi, menuntun dan memberi semangat rakyat menggerakkan roda perjuangan. Setelah berhasil rakyat memberinya gelar proklamator. Negeri tercinta terlepas dari belenggu penjajahan Jepang dan Belanda.

Konon, kata orang, pada masa mudanya ia pemuja kemerdekaan berpikir.  Sangat gandrung dengan kebebasan berpendapat. Sadar betul terhadap hakekat hidup yang dialektis. Tahu betul bahwa negara kebangsaan yang hendak didirikan bukanlah sesuatu yang diam, statis, adem ayem tenterem.

"Tenang, tenaaaanng. Kadya banyu wayu sewindu lawase. Adem ayem tentrem. Tenanng, tennaaannngg."katanya dalam sebuah pidato.

Tetapi negara kebangsaan itu dinamis, bergolak. "Kadya kawah candradimuka kang kinebur". Selalu bergolak.  Akibat benturan perjuangan berbagai paham dan pendapat. Tarik ulur berbagai ragam pikiran banyak golongan.

Dari pergolakan perjuangan, hasil proses gerak simultan yang bernuansa  romantik dinamik dan dialektik inilah lahir buah pemikirannya yang brilian.  Sebagai jawaban pertanyaan Radjiman Wediadiningrat, ketua BPUPKI, tentang apa yang dipakai sebagai landasan negara yang didirikan bersama itu.

Ia menamakan hasil rumusan pemikiran itu "dasar", "philisopische grondslag", "weltanschaung". Radjiman menyebutnya "beginsel", "rechtsideologie". Sesuatu yang harus dibulatkan dahulu dalam pikiran, sebelum indonesia datang.

Rumusan yang brilian yang ia cetuskan, hasil penggalian saripati nilai nilai kehidupan bangsa itu kini disebut "Pancasila".

Di kala mudanya ia juga berjiwa demokratis. Bukti bahwa ia berjiwa demokratis, terdapat pada sitiran pidato pidatonya.

"Allah subhanahu wa ta'allah memberi pikiran kepada kita, dalam kehidupan sehari hari kita harus saling bergosok, seakan-akan menumbuk membersihkan gabah, supaya keluar daripadanya beras, dan beras itu adalah beras yang sebaik baiknya ".

Dalam pidatonya yang lain ia juga pernah berkata.

"Kamu punya apa ? Punya bunga kamboja. Persembahkan bunga kamboja kepada ibu pertiwi.  Punya apa ? Bunga mawar. Persembahkan bunga mawar kepada ibu pertiwi. Melati ? Persembahan melati kepada ibu pertiwi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun