Dalam pembuatan perahu ini selain harus disertai dengan pelaksanaan ritual-ritual tertentu, juga terdapat pamali-pamali yang tak boleh dilanggar selama proses pembuatan perahu ini berlangsung.
Tantangan pembuat perahu tidak hanya pada lesunya pemesanan dan keterbatasan bahan baku kayu, tetapi juga pada sumber daya manusia pelanjut pembuat perahu sekarang.
Menurut Basri, sebagian besar generasi muda di Tana Beru sekarang lebih banyak memilih merantau atau sekolah di luar kota dibanding menjadi pembuat perahu.Â
"Anak saya tidak mau menjadi pembuat perahu. Ia mau sekolah pelayaran di Makassar. Sekarang ikut di kapalnya Haji Kalla. Sebagian anak-anak sini kalau tamat sekolah juga lebih memilih sekolah pelayaran. Mungkin generasi saya sekarang menjadi generasi terakhir pembuat perahu di Tana Beru ini," katanya.Â
Basri mengakui tak bisa berbuat banyak dengan pilihan anaknya karena tuntutan kehidupan yang lebih baik. Apalagi dari tahun ke tahun produktivitas perahu juga mulai menurun.
"Tidak bisa dipaksa juga karena memang tak ada minat mereka untuk membuat perahu. Saya lihat juga di teman-teman lain kondisinya sama."***
[i] Bahasa Konjo adalah salah satu Bahasa di Sulawesi Selatan, yang sebagian besar penuturnya mendiami bagian selatan Sulsel. Mereka terdiri atas Konjo pesisir dan pegunungan. Sebuah versi mengatakan asal kata Konjo adalah merujuk pada kata tunjuk 'Itu'. Sebagian besar kosa kata dalam bahasa Konjo ini memiliki kemiripan dengan Bahasa Makassar.
[ii] Muhammad Arief Saenong. Pinisi: Panduan Teknologi dan Budaya. Penerbit Ombak, Yogyakarta, 2013.Â