"Kalau hanya menggunakan tenaga manusia saja tanpa bantuan mesin maka prosesnya akan sangat lama, makanya kita sekarang sudah menggunakan katrol untuk menarik kapal," katanya.
Perahu Pinisi yang ada sekarang juga telah mengalami perubahan, tepatnya sejak tahun 1970 ketika mesin motor mulai ditempelkan di perahu Pinisi ini. Untuk sekarang ini, menurut Basri, mesin yang digunakan adalah mesin mobil. Karena harga mesin baru mahal maka biasanya yang digunakan adalah mesin mobil bekas yang dimodifikasi.
Pasak, sebagai penyambung antar sisi dan sambungan pun sudah jarang digunakan. Kebanyakan menggunakan baut besi.
"Sudah jarang yang tahu penggunaan pasak, makanya sudah pakai baut besi. Kita takut pakai pasak, sudah jarang yang tahu Teknik ini," kata Basri.
Â
***
Kehidupan pembuat perahu Pinisi tidak selamanya seindah bayangan orang dan tak semegah perahu yang mereka ciptakan. Untuk perahu dalam ukuran besar mungkin saudagar atau punggawa bisa menikmati kehidupan sejahtera dari perahu yang diciptakannya, namun untuk PunggawaPanritaLopi seperti Basri, yang biasanya hanya membuat perahu ukuran menengah dan kecil, penghasilannya sekedar untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Pemesanan juga tak sering ada. Basri mengakui sudah setahun terakhir tak membuat perahu.
"Ini baru ada lagi pesanan, tapi belum dikerjakan, mungkin bulan depan baru bisa mulai," katanya sumringah.Â
Lesunya pemesanan perahu antara lain karena sebagian nelayan kini sudah meninggalkan perahu dari kayu, beralih ke perahu berbahan fiber. Program pengadaan perahu dari pemerintah juga lebih banyak untuk perahu berbahan fiber.Â
"Tahun lalu masih ada pesanan perahu kayu, tetapi sekarang sudah fiber semua. Saya tidak begitu paham cara pembuatan perahu dengan fiber. Pernah saya coba, tangan saya malah gatal-gatal. Biasanya, meskipun perahunya dikerjakan di sini namun pekerjanya didatangkan dari luar."
Tren penggunaan perahu fiber memang terjadi di kalangan nelayan. Perahu fiber dianggap lebih ringan dan tahan lama dan tak memerlukan perawatan yang banyak seperti pada perahu kayu. Usia perahu kayu memang lebih pendek, apalagi kalau jarang dibersihkan. Tidak hanya karena faktor lapuk karena air laut, tetapi karena serangan dutu air, sejenis rayap yang bisa merusak bagian-bagian luar perahu yang tak dibersihkan.Â