Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Konsep Stoikisme Mengatasi Beban Hidupmu

23 Februari 2023   07:44 Diperbarui: 25 Februari 2023   00:15 1433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Stoiksisme mengajarkan kita hidup selayaknya hidup mencapai kebahagiaan, bagaimana kita bahagia dan caranya seperti apa?. Itu kembali pasa kita sendiri. 

Untuk mengurangi rasa kecewa atau ketakutan, dapat dlilakukan dengan membentuk pola berfikir stoikisme, dari dari pola berfikir stoik, kita bisa menjadi manusia yang bijaksana dalam menjalani hidup, seperti halnya pernah dikatakan oleh pemikir utama dari stoikisme yakni Epictetus yang berbunyi "Manusia terganggu bukan oleh hal-hal, tetapi oleh pandangan yang dia ambil dari mereka." . 

KONKLUSI

Setiap manusia memiliki problem hidupnya masing-masing dengan varian dan porsi yang berbeda-beda. Namun mereka menanggapi nya pun dengan cara yang berbeda-beda pula, hal inilah menunjukkan keistimewaan dari mahkluk yang bernama manusia. 

Hidup stoik mengajarkan kita tentang menghadapi hidup dan fokus pada hidup yang semestinya harus di hidupi, tidak fokus tenggelam pada masalah, melainkan memberikan celah futuristik pada masalah. 

Sehingga saat itulah kita mampu mendewasakan diri dari masalah yang di hadapi. Hidup Stoikisme menggambarkan bahwa hidup kita tidak ada yang permanen, semua itu berubah-ubah. Yang penting untuk kita lakukan adalah tetaplah survive menghadapi masalah dan dari masalah itulah kita memetik pembelajar hidup untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi. 

Referensi bacaan: suara.com | bfi.co.id | kompas.com | merdeka.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun