Angin kering merayap pelan, menghembuskan bau segar alami dari arah laut. Hari ini adalah hari ke tujuh, ia harus cepat menyelesaikan tugas yang diberikan pihak yayasan di mana ia bekerja. Tetapi hati suntuk menyuruhnya pergi ke laut untuk mengusir kegalauan. Tentu saja setelah ia menyelesaikan tugas harian terlebih dahulu.
Nayla menarik nafas pelan. Ini adalah pekerjaan pertama setelah lulus dari SMA. Ia memang tidak meneruskan kuliah. Janji pada ibunya, setelah bisa mengumpulkan uang, akan ditabung untuk biaya kuliah sesuai keinginan.Â
Bagaimanapun, pekerjaan ini harus ia kerjakan dengan serius. Bukankah ia sudah meneken surat perjanjian, yang akan dipatuhinya selama sebulan.
Ia bertugas menciptakan masakan dengan menu yang berbeda-beda tiap harinya, untuk disajikan pada anak-anak panti selama sebulan. Jika beruntung, pihak yayasan akan memperpanjang kontraknya.
Ia memang hobi memasak dan menciptakan resep baru. Nayla juga memiliki tim, untuk bisa bekerja sama di dapur. Dari mulai mempersiapkan bahan dan bumbunya, hingga pengecekan.Â
Kemarin ada teman satu tim yang berbuat kesalahan. Ya, tiba-tiba Gema pergi tanpa izin. Padahal ia memiliki tugas ke pasar untuk berbelanja. Akibatnya jadwal penyelesaian masakan menjadi terlambat, karena ada jeda waktu yang terbuang. Beruntung tugas itu mampu digantikan Hadi. Tetapi, tetap saja keterlambatan ini mempengaruhi semuanya.
"Hem, bagaimana jika pihak yayasan tak mau memaafkan kesalahan ini?"
Ia menyesalkan sikap Gema yang tak mau meminta maaf. Kesalahan berawal dari dirinya. Ada dua kesalahan yang dilakukan Gema. Pertama, ia mangkir di hari kerja. Kesalahan kedua, ia tidak bisa menyelesaikan tugas sesuai deadline.
Ia tertegun melihat apa yang sedang terjadi. Mengapa harus ada peristiwa yang membuatnya terseret masalah. Ini bukan kemauannya. Tetapi ia harus ikut bertanggung jawab. Pekerjaan ini menyangkut kerja tim. Bukan tipenya untuk membiarkan masalah berlarut-larut.
"Tidak. Aku tak mau jika kesalahan Gema membuat kacau semua." katanya dalam hati.