Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Suatu Hari tentang Sup Matahari dalam Hidup Nayla

15 November 2022   11:23 Diperbarui: 16 November 2022   00:05 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Angin kering merayap pelan, menghembuskan bau segar alami dari arah laut. Hari ini adalah hari ke tujuh, ia harus cepat menyelesaikan tugas yang diberikan pihak yayasan di mana ia bekerja. Tetapi hati suntuk menyuruhnya pergi ke laut untuk mengusir kegalauan. Tentu saja setelah ia menyelesaikan tugas harian terlebih dahulu.

Nayla menarik nafas pelan. Ini adalah pekerjaan pertama setelah lulus dari SMA. Ia memang tidak meneruskan kuliah. Janji pada ibunya, setelah bisa mengumpulkan uang, akan ditabung untuk biaya kuliah sesuai keinginan. 

Bagaimanapun, pekerjaan ini harus ia kerjakan dengan serius. Bukankah ia sudah meneken surat perjanjian, yang akan dipatuhinya selama sebulan.

Ia bertugas menciptakan masakan dengan menu yang berbeda-beda tiap harinya, untuk disajikan pada anak-anak panti selama sebulan. Jika beruntung, pihak yayasan akan memperpanjang kontraknya.

Ia memang hobi memasak dan menciptakan resep baru. Nayla juga memiliki tim, untuk bisa bekerja sama di dapur. Dari mulai mempersiapkan bahan dan bumbunya, hingga pengecekan. 

Kemarin ada teman satu tim yang berbuat kesalahan. Ya, tiba-tiba Gema pergi tanpa izin. Padahal ia memiliki tugas ke pasar untuk berbelanja. Akibatnya jadwal penyelesaian masakan menjadi terlambat, karena ada jeda waktu yang terbuang. Beruntung tugas itu mampu digantikan Hadi. Tetapi, tetap saja keterlambatan ini mempengaruhi semuanya.

"Hem, bagaimana jika pihak yayasan tak mau memaafkan kesalahan ini?"

Ia menyesalkan sikap Gema yang tak mau meminta maaf. Kesalahan berawal dari dirinya. Ada dua kesalahan yang dilakukan Gema. Pertama, ia mangkir di hari kerja. Kesalahan kedua, ia tidak bisa menyelesaikan tugas sesuai deadline.

Ia tertegun melihat apa yang sedang terjadi. Mengapa harus ada peristiwa yang membuatnya terseret masalah. Ini bukan kemauannya. Tetapi ia harus ikut bertanggung jawab. Pekerjaan ini menyangkut kerja tim. Bukan tipenya untuk membiarkan masalah berlarut-larut.

"Tidak. Aku tak mau jika kesalahan Gema membuat kacau semua." katanya dalam hati.

Nayla bergegas pulang, segera menemui Gema secara pribadi.

***

"Ini adalah pekerjaan tim. Mengapa sikapmu seperti itu, Gema?"

"Nayla, aku... Ah, sulit dijelaskan. Tetapi terima kasih kamu sudah peduli," kata Gema terbata-bata.

"Jika ada masalah, mengapa tak ngomong?"

Akhirnya Gema bersedia bicara. Banyak yang ia ceritakan pada Nayla. Katanya, ini semua karena Pak Jamal yang selalu menyuruhnya. Bahkan diluar jam kerja dan tugas yang sesuai bidangnya. Pak Jamal adalah salah satu pengurus yayasan.

"Kamu hanya salah paham saja, Gema. Harusnya sejak awal kamu bicara padaku. Maksud Pak Jamal, mungkin agar kamu mampu mengerjakan apa saja, termasuk memasak."

"Emosi yang membuatku marah, Nayla. Pak Jamal juga aneh, mengapa menuntutku ini itu di luar batas kemampuanku."

"Kamu bisa minta tolong padaku, kan? Kalau resep seperti itu, aku bisa. Nanti aku ajari," hibur Nayla. 

"Serius? Mana aku tahu kalau kamu bisa." 

***

Nayla menepati janji. Ia membagi ilmunya memasak ala Nayla pada Gema. Ia memiliki trik-trik tertentu agar cepat tersaji saat mengeksekusi masakan dalam jumlah banyak. 

Sebenarnya triknya ini rahasia. Tetapi untuk Gema, ia rela membukanya. Bukan apa-apa, sebenarnya dalam hati Nayla, ada celah untuk Gema. 

"Gema, kamu siap?"

"Siap dong, Nayla. Etapi, aku rasa kamu belum pernah masak menu ini, deh," katanya meragukan kemampuan Nayla.

"Aduh, kamu kok meragukan aku sih? Oh, aku ingat, saat itu kamu belum masuk tim kan?" jawab Nayla pura-pura senewen.

Gema cengengesan, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Nayla tersenyum. "Cakep banget Gema hari ini," batinnya.

"Awas kalau kamu nggak nyimak. Serius, ini rahasia. Teman yang lain belum aku kasih tahu."

"Ciiie..."

"Kok cie?" tanya Nayla. Gema hanya tersenyum simpul, sambil berkata dalam hati, Nayla cantik saat cemberut.

Tak terasa waktu berlalu dengan cepat. Nayla serius mengajari Gema, berikut cara dan triknya. 

"Taraaa... saatnya mencicipi!" 

Semangkok Sup Matahari buatan Gema sebagai sajian sampel, telah ada di hadapan Nayla. Bau harum sup yang segar menguar memenuhi ruangan. Aroma bawang putih yang berpadu dengan merica tercium dominan. 

"Ini sih, pasti enak," batin Gema. Tetapi ia ragu-ragu, apakah hasil masakannya sesuai keinginan Nayla atau tidak. 

"Hem, lumayan juga hasilnya. Sajiannya menarik. Gema, kamu tuh sengaja ya? Pura-pura nggak tahu, lalu memberikan aku kejutan. Ternyata kamu pinter," kata Nayla. 

Ia mengibaskan tangannya ke arah hidung, mengambil asap yang keluar dari masakan. 

"Hem, sedap," kata Nayla.

Sup Matahari berupa bungkusan dadar yang dibentuk bulat pipih yang diisi irisan wortel, kacang polong, jagung, jamur kuping, dan gilingan daging ayam. Disajikan dalam mangkok, bungkusan dadar dibelah, menyerupai matahari. Sentuhan terakhir disiram dengan kuah kaldu ayam berbumbu. 

Nayla mengiris sedikit bungkusan dadar isi, bersamaan dengan menyendok kuah. Ia mengunyah pelan kemudian menelannya. Sementara Gema penasaran pada ekspresi Nayla.

"Gimana? Enak nggak?"

"Rasanya, eeem... ,"

Gema semakin penasaran. Nayla seperti menjiwai rasa Sup Matahari bikinan Gema.

"Hem, nggak percaya bisa seenak ini," kata Nayla. "Kuahnya asin, manis, gurih. Pas! Lalu aromanya lembut. Isiannya juga sedap. Lumayanlah, nilainya 90," kata Nayla.

Gema melompat kegirangan. Tak sengaja ia memeluk Nayla. 

Nayla hanya terbengong.

"Eh, maaf," kata Gema sambil menjauh dari Nayla.

***

Setelah kejadian Nayla mengajari Gema memasak Sup Matahari, akhirnya masalah yang ada dalam tim dianggap selesai. Gema sudah meminta maaf. Pihak yayasan juga sudah tak mempermasalahkannya lagi.

Waktu berjalan dengan cepat. Tak terasa sebulan sudah ada di depan mata. Nayla tak lagi memperpanjang kontrak. Ia memiliki pekerjaan lain yang baru. Tak lagi bisa bergabung dalam tim yang dikelola pihak yayasan. Sungguh, sebenarnya ia berat hati, tetapi ia memiliki cita-cita yang lebih tinggi.

Gema memilih masih bekerja di tempat itu, sembari memperdalam ilmunya, agar semakin pandai menyajikan menu terbaik.

Suara deru pantai tak henti jeda. Nayla dan Gema duduk di sebuah gazebo, sambil menikmati sebutir kelapa muda utuh yang sudah diberi sirup dan es batu sebelumnya. Tampak segar ketika diseruput memakai sedotan.

Nayla memandang pantai seperti melamun. Gema juga melakukan hal yang sama. Tiba-tiba Gema memulai pembicaraan. Sebenarnya ia setengah grogi. Perpisahan ini membuatnya sedih karena harus jauh dari Nayla.

"Nayla, aku butuh ngomong, sebentar saja,"

"Apa? Cepatlah, aku sudah tak ada waktu."

"Aku rasa, aku sayang kamu,"

Kesunyian tiba-tiba menyergap. Entah berapa lama. Lalu bibir Nayla bergumam pelan, "Keinginan ini tak mampu kucegah, tapi... jika kamu yang memintaku untuk berhenti, aku pasti akan bersedia,"

"Sungguh?"

Nayla mengangguk. 

"Kalau begitu, jangan pergi."

Kadang-kadang keinginan berbalik arah semaunya. Seperti tak disangka. Gema tak percaya, bahwa Nayla juga suka padanya.

Sebenarnya Gema tidak tahu. Nayla akan tetap tinggal di kota ini, hanya berbeda tempat pekerjaan. 

Semarang, 15 November 2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun