Sekarang memang aku berada di puncak prestasi sebagai penari. Banyak tawaran dan sponsor yang mendukung memintaku untuk menciptakan tarian yang akan digelar dalam sebuah panggung megah.
Tetapi awal terjun di dunia tari karena Sandy. Pelatihku yang baik hati dan membebaskan aku menggali segala kemampuanku, hingga melebihi dia.Â
Sedangkan Sandy memilih menjadi pengusaha peternakan, setelah ia tidak aktif terjun di dunia tari. Padahal ia dulu memiliki studio tari yang megah, memiliki banyak murid. Aku adalah salah satu penari terbaiknya.
Ketika aku kuliah ke luar negeri karena beasiswa, ia berada di puncak prestasinya sebagai koreografer. Sebagai penari utama andalan studio miliknya, ia sangat kehilangan diriku.
"Jiwamu memang untuk menari, Cha," katanya pada saat itu.
Ia memilih mengundurkan diri sebagai koreografer dan lebih memilih bisnis ternak. Seperti patah hati.Â
Tetapi apapun yang terjadi, aku harus tetap memilih cita-citaku yang sejak lama kuimpikan dengan menerima beasiswa tersebut. Kesempatan tidak akan datang kedua kalinya.
Apa yang terjadi? Akulah yang sebenarnya patah hati. Aku kehilangan Sandy, yang telah berkali-kali mencoba melamarku agar menikah setelah aku kembali.Â
Keadaan yang membuatku sedikit egois. Antara tanggung jawab kepada adikku dan karier, tetapi juga harus memilih jalan hidup ke depan. Menikah dengan Sandy.
Sandy memilih pergi, ketika aku belum siap. Aku tak bisa mencegahnya. Apalah aku, jika dibandingkan dengan kebaikan Sandy. Sedih, tetapi kehidupan harus tetap berjalan.Â
Rasa bertahan selalu menggedor-gedor agar aku berpaling kembali pada Sandy. Selama ini aku mampu. Apakah aku bisa bertahan? Karena sejatinya, cinta tak bisa dilawan. Semakin melawan, semakin kuat ia menggenggam dan tak mau pergi.