Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Tatapan Kembang Sepatu

20 September 2020   16:36 Diperbarui: 20 September 2020   16:44 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Kembang Sepatu (Foto Wahyu Sapta).

"Ini untukmu, Dina. Rawatlah. Sebagai tanda cinta kasihku, meski aku tak bisa memilikimu." 

Aku terseguk sendu. Ia mengucapkan salam perpisahan. Keesokan harinya, Seno pergi jauh. Sejauh kecewanya karena perbedaan yang tak bisa dipersatukan antara aku dan dia. Kadangkala aku masih mengutuk perbedaan itu. Mengapa harus ada, hingga menjauhkan cinta yang kubina bersama Seno tiga tahun lamanya.

Aku kemudian tenggelam dalam pekerjaan. Tak tanggung-tanggung, karierku cepat menanjak. Tetapi apapun itu, tak cukup melupakan keberadaan Seno dalam pikiranku. Hingga suatu hari kudengar Seno menikah dengan pilihan orangtuanya. Aku ikut berbahagia meski hatiku tercabik-cabik.

"Anda melamun? Memikirkan seseorang?"

"Oh, tidak. Silakan jika anda melanjutkan bercerita."

"Masih lama menunggunya? Boleh kan saya bercerita? Bisa saja kapan saja, waktu ini tak berpihak pada kita. Apa salahnya jika kita saling bercerita, walaupun saya baru mengenal anda. Saya merasa nyaman. Hei, bolehkah saya menyebut dengan aku saja? Rasanya tak enak. Dan anda kupanggil Dina?" Aku mengangguk. Biar saja. Dalam kondisi begini, siapapun bisa menjadi teman walau baru mengenal. 

"Sebelum ini, aku belum pernah mengungkapnya pada seseorang. Bahkan aku tak punya sahabat yang bisa kuajak berbicara." Ia mulai berkisah.

"Lalu?"

"Aku pernah mengenal gadis. Baik hatinya. Kemudian kami saling jatuh cinta dan jadian. Tetapi tak lama. Ia sakit kemudian meninggalkan aku untuk selama-lamanya."

"Oh, ikut berduka."

"Tentu saja aku sangat bersedih, lama baru bisa move on, kemudian mengenal kembali dengan seseorang. Ia baik. Ia menyatakan suka kepadaku. Ia bagai membawa sebonggah kebahagiaan. Cinta yang ia bawa, menggantikan cintaku sebelumnya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun