"Hai, kosong kan? Boleh saya duduk di sini?"
Seorang lelaki berkulit sawo matang berambut gondrong yang dikucir ke belakang meminta izin agar bisa duduk. Kutaksir usianya kira-kira duapuluh sembilan menjelang tigapuluh.Â
Tanpa menjawab aku bergeser ke pinggir. Secara tidak langsung ia memaksaku memberi tempat duduk lebih lapang. Anjuran jaga jarak memang membuat cemas yang berlebihan untuk saat ini.
"Tempat ini lebih sepi dari biasanya." katanya.
Aku menoleh. Perkataannya barusan membuatku sedikit mengalihkan perhatian dari layar ponsel. Hanya beberapa detik, kemudian mataku kembali ke layar ponsel. Aku sedang menulis chat, tanggung jika kupenggal. Kemudian beralih kembali kepadanya.
"Oya, sudah biasa duduk di taman ini?"
"Baru tiga hari," jawabnya.
"Saya malah baru dua hari." timpalku.
"Menunggu seseorang?"
Aku terjengah, mengapa juga ia menanyakan itu. Lalu mengangguk adalah jawaban aman agar tidak ada pertanyaan lanjutan.Â
"Masih lama?"