Warak ngendog dapat diartikan: siapa saja yang menjaga kesucian di bulan Ramadan, kelak di akhir bulan akan menerima pahala pada hari lebaran.
Warak Ngendog juga merupakan simbol kerukunan antar agama dan suku yang terdapat di Semarang. Karena berwujud makhluk rekaan yang merupakan akulturasi atau persatuan dari berbagai golongan, yaitu etnis Cina, etnis Arab dan etnis Jawa.
Puncak perayaan Dugderan Semarang, akan diadakan kirab budaya yang diikuti oleh masyarakat, pemerintah, dan organisasi di Kota Semarang.Â
Warak Ngendog yang menjadi simbol multikultural akan diarak keliling Kota Semarang.Â
Dugderan menjadi acara tahunan yang selalu dinanti-nanti masyarakat. Meski ada beberapa perubahan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Seperti di tahun ini yang diselenggarakan secara sederhana dan hanya simbolik.Â
Dugderan tak pernah berkurang maknanya, meski pandemi membuat tradisi tahunan ini digelar tanpa melibatkan masyarakat umum. Tak hanya itu, bunyi meriam yang biasanya menjadi ciri khas prosesi Dugderan tidak ada.Â
Dugderan tahun 2020 ini, hanya dengan diikuti oleh Wali Kota, Wakil Wali Kota, Sekda, para Kiai, dan takmir Masjid Kauman. Prosesi tetap dilaksanakan namun terbatas, guna menghindari penyebaran Covid-19. Pelaksanaan tradisi dugderan tetap diadakan di Masjid Kauman Semarang.
Semarang, 18 Mei 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H