"Cari siapa?" tanyanya. Lho, bukankah tadi aku bilang mencari Reni? Kenapa yang keluar seorang cowok, hampir sebaya denganku.Â
"Aku mencari Reni, mas."Â
"Ada perlu apa?" jawabnya. Waduh, ini pasti salah alamat. Kutengok nomor rumah. Benar, tidak salah. Nomor 31.Â
"Aku mencari Reni, mas." kataku menegaskan.Â
"Ooo...Reni? Kirain nyari Rendi. Reniii... ada yang nyari!" teriaknya sambil berlalu masuk rumah sambil menggerutu. Padahal kulihat tadi wajahnya seperti bangun tidur. Pasti masih kaget.Â
Lamat-lamat dari dalam rumah, seorang gadis kecil berteriak, "Sori kak, salah panggil." Lalu disambung dengan derai tawa. Reni keluar.Â
"Maaf, adikku salah panggil," katanya tersenyum lebar. Kami berdua duduk di teras. Hanya berbatas meja. Lalu hening. Perkataan yang sedari tadi kurancang, lenyap seketika. Tersapu oleh pesonanya. Ia juga terdiam, tak tahu harus bilang apa. Kuberanikan diri untuk berbicara duluan.Â
"Apa kabar?"Â
"Alhamdulillah baik."Â
Lalu hening kembali.Â
"Kok kita jadi aneh begini sih?" tanyanya sambil tertawa berderai.Â