***
"Gembiramu tentu saja kebahagiaanku." kataku.
Apapun yang ia ceritakan, tentang kebahagiaannya, merupakan bagian dalam hidupku. Aku mengerti seluruhnya. Ia menceritakannya secara runtut. Tak satupun cerita yang terselip. Dan aku adalah pendengar yang baik.
Aku melihat rona kemerahan di wajahnya yang segar. Bahagia itu telah membucah mengisi relung hatinya.
"Andra, jika saja kau mau bergabung denganku di sini, pasti akan merasakan kebahagiaanku saat ini."
"Aku bahagia, Mitha. Meski mengamatimu dari kejauhan. Nikmati saja harimu. Ceriamu. Itu milikmu. Aku tak berhak untuk merampasnya."
"Tapi aku tak enak hati padamu."
"Hei, yakinlah. Aku ikut merasakan kebahagiaanmu."
Lalu akhirnya, hari itu kebahagianmu berlanjut. Meski tak ada aku di sisimu. Hanya sebuah bayangan abstrak yang membuat siluet dalam kalbumu mewakiliku.
"Itu cukup bukan?" tanyaku. Mitha mengangguk pelan.
"Terimakasih." jawabnya pelan nyaris tak terdengar.