Aku menatap bingung di sekeliling. Butuh waktu beberapa saat untuk sadar, bahwa aku di kamar. Kamarku sendiri.
Ibu memaklumi, bahwa setiap musim bunga ilalang, pasti aku akan menuju ke laut dan menunggumu, meski kamu tak pernah datang.
Lalu, kenapa tadi? Dan Alfin? Kemana Alfin? Kemana kamu? Bagaimana kamu? Alfin, cinta pertamaku, terbang terbawa angin dan tersaput ombak itu, hanyut entah kemana. O, Alfin, Â kau masih menetap di hatiku. Meski hanya jiwamu.
Ibu hanya bisa memandangku sedih.
Syahdu, syahdu, syahdu.
Semarang, 28 Januari 2018.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H